‘Aer Manis’ Minuman Langka Betawi, Dasar Perilaku Masyarakat

Editor: Makmun Hidayat

Filosofi penyediaan Aer Manis oleh masyarakat Betawi, setelah makan atau saat menerima tamu menurut budayawan Lembaga Kebudayaan Betawi, Yahya Andi Saputra, merupakan suatu edukasi tentang laku yang harus dilakukan di kehidupan.

Tangkapan layar budayawan Lembaga Kebudayaan Betawi Yahya Andi Saputra menyatakan filosofi Aer Manis berkaitan dengan laku yang harus dilakukan dalam tatanan kemasyarakatan, dalam Workshop Online Bumi Rempah Kuliner seri DKI Jakarta, Sabtu (30/10/2021). -Ranny Supusepa

“Perilaku kita harus bisa memberikan rasa manis di tengah kehidupan yang mungkin rasanya berat. Artinya dalam berinteraksi, kita melakukan yang manis saja,” kata Yahya.

Tak perlu mengeluarkan sesuatu yang sifatnya menyakiti orang lain, hingga bisa merusak silaturahmi.

“Contohnya, tak perlu kita keluar rumah dengan cemberut. Walaupun hati kita sedang tidak enak. Lebih baik tersenyum. Inilah filosofis menghidangkan yang manis. Bukan hanya manis di lidah dan di perut tapi juga memberikan kemanisan pada sekitar kita,” ungkapnya.

Ia menyatakan, dalam budaya suatu daerah, pelajaran mengenai kehidupan selalu diberikan dalam bentuk tindakan yang bermakna.

“Misalnya dalam Aer Manis ini. Ada pelajaran hidup yang bisa diambil. Sehingga, seharusnya budaya ini jangan sampai hilang. Harus diteruskan oleh masyarakat Betawi dan diturunkan ke anak-anaknya. Kalau bukan oleh kita, siapa lagi yang mau melanjutkan,” tandasnya.

Lihat juga...