Bisnis Kudapan ‘Street Food’ Alternatif Usaha di Bandar Lampung
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Meski pembatasan operasional ia menyebut masih bisa mendapat omzet per malam hingga ratusan ribu. Ia juga menyediakan kursi, meja untuk nongkrong, bersantai bagi pelanggan.
Kunci sukses usaha street food diakui Kang Awi dengan kreativitas dan selalu menyesuaikan tren. Menerapkan cara berjualan memakai gerobak dan mobil ia lebih mudah untuk berpindah.
Kendaraan mobil bak terbuka sebutnya digunakan sebagai tempat untuk menjual minuman. Selain itu kendaraan digunakan untuk sarana pengangkutan fasilitas untuk berjualan. Fasilitas listrik digunakan dengan menyalur dari fasilitas yang disediakan pada taman gajah.
“Sebagai sarana untuk penerangan sebagian ada yang membawa genset dan listrik dengan cara berlangganan,” ulasnya.
Kang Awi bilang menjalankan usaha bersama rekan rekan lainnya yang menjual kudapan atau makanan ringan. Pada lokasi Jalan Majapahit sejumlah kuliner yang dijual berupa es krim, sosis bakar, sate ayam, sate jamur hingga kerang hijau rebus.
Konsep kekinian bisnis kuliner pada tepi jalan sebutnya tetap menjaga kebersihan. Ia juga menerapkan strategi promosi memakai media sosial karena lokasi yang digunakan tetap setiap harinya.
Susanti, salah satu warga asal Kaliawi, Tanjung Karang menyebut konsep street food selalu alami perkembangan. Sejumlah usaha yang dijalankan keluarga sebutnya berupa makanan tradisional hingga modern.

Kuliner yang dijual berupa minuman teh, kopi, salad buah, batagor, hingga makanan kekinian asal Korea. Ia menyebut agar keuntungan bisa maksimal ia terus berinovasi dan melihat peluang.