Deteksi Dini Stroke Perlu Ditingkatkan
JAKARTA – Plt Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, Elvieda Sariwati, mengatakan upaya deteksi dini faktor risiko serangan stroke perlu ditingkatkan, menyusul beban biaya penanganan pasien yang relatif mahal di fasilitas pelayanan kesehatan.
“Deteksi dini faktor risiko serangan stroke perlu dioptimalkan di masyarakat, jika melihat dari peningkatan prevalensi faktor risiko berdasarkan Riskesdas 2013 dan 2018, yakni peningkatan dan capaian skrining kesehatan usia produktif yang masih rendah,” kata Plt Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Elvieda Sariwati, saat menyampaikan keterangan pers terkait Hari Stroke Sedunia yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Kamis (28/10/2021).
Elvieda mengatakan, stroke menempati beban biaya tertinggi ke dua setelah penyakit jantung dengan beban biaya rawat inap kumulatif penyakit stroke sebesar Rp794,08 miliar dari total 172.303 kasus.
Ia mengatakan, angka tersebut menjadi penanda masyarakat belum mengenal tanda-tanda dini serangan stroke, sehingga penanganan kasus terlambat.
Tantangan lain penanganan pasien stroke adalah belum semua rumah sakit memiliki fasilitas dan tim penanganan pelayanan stroke terpadu.
Untuk itu, Elvieda mendorong agar edukasi terkait stroke perlu diintensifkan di Indonesia. Kemudian, peningkatan kapasitas pelayanan fasilitas kesehatan juga perlu untuk menangani kasus stroke.
Upaya yang dilakukan Kemenkes RI sampai saat ini seperti mengajak masyarakat melalui kampanye untuk mendorong skrining kesehatan, minimal sekali dalam setahun. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kapasitas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).