Industri Batik Mampu Bertahan di Masa Pandemi
YOGYAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri kerajinan dan batik di Tanah Air merupakan salah satu sektor yang mampu beradaptasi dan bertahan di tengah pandemi COVID-19 saat ini.
“Sektor ini bahkan dinilai mampu mendukung pemulihan ekonomi nasional, khususnya di sektor Industri Kecil Menengah (IKM),” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita ketika membuka acara Puncak Peringatan Hari Batik Nasional (HBN) Tahun 2021 secara hibrid di Yogyakarta, Rabu.
Menurut Menperin, hal itu tercermin dari kontribusi industri batik terhadap devisa melalui capaian ekspor sepanjang tahun 2020 yang mencapai 532,7 juta dolar AS, dan pada periode triwulan pertama tahun 2021 nilai ekspor produk batik mencapai 157,8 juta dolar AS.
Menperin dalam keterangan tertulisnya mengatakan sinergi dan inovasi merupakan strategi yang terbukti berhasil membantu IKM dalam menghadapi kontraksi ekonomi akibat pandemi, karena itu pihaknya terus mendorong para pelaku IKM batik Tanah Air terus berinovasi membuat produk sesuai preferensi pasar.
Selain itu, lanjut dia, cepat melakukan diversifikasi produk dan memperkuat sinergi antar-stakeholder, termasuk di dalamnya Yayasan Batik Indonesia (YBI), Dewan Kerajinan Nasional) Dekranas, dan asosiasi yang membidangi batik dan kerajinan lainnya.
Sementara itu Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi mengatakan tema HBN tahun 2021 “Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi” sangat relevan dengan kondisi yang dialami industri batik saat ini.
Menurut dia, rangkaian kegiatan HBN 2021 terdiri dari beberapa kegiatan Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SNIKB), Pengumuman dan Fasilitasi Bahan Produksi Tenant Innovating Jogja 2021, Workshop Batik bersama penyandang disabilitas di DIY, dan acara Ngoppi (Ngobrol Pagi Penuh Inspirasi) secara daring dari September – November.