Korut Akan Pulihkan Saluran Telepon dengan Korsel

SEOUL – Korea Utara mengatakan akan memulihkan hotline antar-Korea mulai Senin, sebagai upaya meningkatkan hubungan dengan Korea Selatan. Saluran telepon langsung antara kedua seteru itu dibuat pada 1971 dan mengalami “putus-sambung” beberapa kali.

Pemimpin Korut, Kim Jong Un, pekan lalu mengungkapkan kesediaannya untuk mengaktifkan kembali sambungan telepon yang diputus pada awal Agustus, sebagai protes terhadap latihan militer gabungan Korsel dan Amerika Serikat.

Pemutusan itu terjadi hanya beberapa hari setelah hotline itu dibuka lagi untuk pertama kali setelah diputus selama setahun.

KCNA mengatakan, saluran-saluran telepon akan disambungkan lagi pada Senin pukul 9.00 pagi waktu setempat (19.00 WIB). KCNA juga meminta Korsel agar memenuhi “tugasnya” mengendurkan  hubungan lintas-batas yang tegang, namun media pemerintah itu tidak menjelaskan lebih jauh.

Kim sebelumnya mendesak Korsel untuk meninggalkan “standar ganda” dan “khayalan” mereka atas aktivitas militer Korut, yang tengah mengembangkan persenjataan untuk membela diri.

“Otoritas Korea Selatan sebaiknya melakukan upaya-upaya  positif untuk menempatkan hubungan utara-selatan ke jalur yang benar, dan menyelesaikan tugas-tugas penting yang harus diprioritaskan untuk membuka prospek yang cerah di masa datang,” kata KCNA.

Ketegangan antara kedua negara telah meningkat sejak sambungan langsung itu diputus.

Korut belum lama ini meluncurkan sejumlah rudal baru, termasuk rudal hipersonik, rudal antipesawat, dan rudal jarak jauh bertenaga nuklir.

Uji coba rudal-rudal tersebut menunjukkan negara yang mengisolasi diri itu sedang mengembangkan persenjataan canggih, di tengah macetnya pembicaraan soal perlucutan program rudal dan nuklir mereka untuk ditukar dengan pencabutan sanksi AS.

Meski menuduh AS menerapkan “kebijakan bermusuhan”, Korut telah mengungkapkan niatnya untuk memperbaiki hubungan kedua Korea, dan mempertimbangkan pertemuan puncak jika Korsel meninggalkan standar ganda mereka.

Para analis mengatakan, pendekatan “hadiah dan hukuman” yang dilakukan Korut bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dunia sebagai negara bersenjata nuklir, dan mengganjal hubungan Korsel dengan AS. (Ant)

Lihat juga...