Mayjen Soeharto & Pembebasan Presiden Soekarno dari Pelaku G30S/PKI
Pembebasan RRI dan Telkom
Pukul 17.00 WIB, Mayjen Soeharto memerintahkan pasukan RPKAD pimpinan Kol. Sarwo Edhi yang sejak pukul 13.00 WIB menunggu di Kostrad agar pukul 18.00 WIB membebaskan Telkom dan RRI dari cengkeraman pasukan G30S/PKI. Kedua instrumen komunikasi strategis itu pada pukul 18.40 WIB telah dikuasai sepenuhnya dan memiliki implikasi sebagai berikut:
Pertama, Tersumbatnya Instrumen Propaganda G30S/PKI.
Pada awal gerakan, penguasaan Telkom menjadikan G30S/PKI sebagai pemegang monopoli jaringan komunikasi. Mereka secara leluasa melakukan jalinan koordinasi antarpelaku gerakan dan kepada jaringan-jaringanya baik di dalam maupun luar negeri.
Penguasaan Telkom juga memberikan keleluasaan bagi pelaku G30S/PKI dalam melakukan sabotase terhadap pihak-pihak yang tidak dikehendaki mengembangkan koordinasi, seperti halnya pemutusan saluran telepon ke Istana dan rumah-rumah jenderal sasaran penculikan.
Sedangkan penguasaan RRI memungkinkan pelaku G30S/PKI memonopoli instrumen propaganda publik untuk penyebaran informasi maupun pembentukan disinformasi bagi kepentingan G30S/PKI. Mereka secara leluasa mengemukakan komunike sekaligus memblokir informasi yang sekiranya tidak menguntungkan agendanya.
Sebagai contoh adalah pengumuman Komandan Resimen Cakrabirawa, tentang keselamatan dan penegasan kekuasaan Presiden atas kepemimpinan negara dan revolusi, yang sempat tertunda beberapa jam karena diblokir oleh pimpinan G30S/PKI. RRI juga menjadi instrumen instruksi pimpinan PKI bagi pelaku perebutan kekuasaan lokal pada masing-masing daerah. Pengurus PKI dan Biro Chusus Daerah atau BCD diharapkan dapat menerjemahkan kejadian-kejadian di Jakarta untuk direplikasikan di daerah masing-masing.