Mulai 1 November 2021, Kampus Bintan Tourism Institute Resmi Tutup
Sesuai komitmen awal dengan Bupati Bintan, Ansar Ahmad, kampus BTI tidak pernah mencari keuntungan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Tetapi bagaimana agar anak-anak daerah tempatan mampu bersaing dengan lulusan sekolah atau kampus pariwisata dari Bali dan Bandung, yang notabane sudah sangat terkenal melahirkan banyak SDM berkompeten di bidang pariwisata.
Dalam perjalanannya, kampus BTI sudah meraih sejumlah penghargaan nasional seperti academy award hingga menang dalam ajang lomba kuliner nasional mewakil Provinsi Kepri. “Kami telah mewisuda sekitar 600 orang. Angkatan terakhir wisuda atau kedelapan digelar September 2021, sebanyak 28 orang,” katanya.
Lulusan kampus BTI dibekali empat sertifikasi, yang belum tentu diperoleh di sekolah atau kampus pariwisata lainnya. Empat sertifikasi dimaksud, antara lain sertifikasi layak kerja kampus BTI, sertifikasi layak kerja dunia usaha saat melihat kelayakan kerja mahasiswa ketika training, sertifikasi BNSP yang berinduk di Jakarta, dan sertifikasi penanganan pangan langsung dari negara Australia.
Seseorang yang punya empat sertifikasi tersebut, dapat melamar kerja di dalam hingga luar negeri. Tergantung minat atau kemauan lulusan itu sendiri, apakah ingin atau tidak bekerja ke luar negeri. Lulusan BTI rata-rata sudah bekerja di berbagai kawasan pariwisata di Indonesia, terutama di Lagoi, Kabupaten Bintan. “Beberapa di antaranya bekerja di luar negeri seperti Maldives, New Zealand, Bahrain hingga di kapal-kapal pesiar,” katanya.
Sejak delapan bulan lalu, kampus sudah menyurati Pendiri Yayasan BTI, Ansar Ahmad, Dewan Pendidikan hingga ke Bupati Bintan menyangkut nasib kampus BTI tersebut. “Tapi sepertinya tak ada respon. Kami hanya bisa pasrah, tak mungkin mahasiswa belajar di lapangan bola kalau gedungnya sudah tak ada lagi,” demikian Ruddy Firmansyah. (Ant)