Pandemi, Pengembangan Pertanian Hidroponik Cukup Prospektif
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
BEKASI – Masa pandemi COVID-19 awal tahun 2020 lalu memaksa setiap orang untuk tinggal di rumah demi memutus mata rantai penyebaran virus. Hal itu menjadi motivasi tersendiri bagi sebagian orang untuk tetap produktif salah satunya dengan bertani.
Hal tersebut seperti dilakukan oleh pengelola Rumah Tani Hidroponik, Jalan Binong, Kelurahan Jatisari, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, dengan memanfaatkan lahan kosong yang dikelola jadi lahan hidroponik dengan aneka sayuran di tengah pemukiman penduduk.
“Ini adalah bagian dari inovasi Pesantren Miftahul Jannah Kranggan sebenarnya, yang pada awal musim Corona tahun lalu menggiatkan bidang pertanian yang dikelola oleh santri. Rumah Tani Hidroponik ini merupakan salah satunya,” ungkap Mang Ndon, pengelola Rumah Tani Hidroponik, kepada Cendana News, Senin (11/10/2021).
Dikatakan bahwa beragam aktivitas bisa dilakukan, khususnya yang bisa menopang kebutuhan pangan pesantren pada awalnya, karena terjadi pembatasan akibat Corona, seperti budidaya jahe merah, dan berkebun sayuran organik. Semuanya untuk kebutuhan pesantren.
Menurutnya, pandemi Covid-19 upaya membangun motivasi harus intensif, karena pergerakan manusia terhimpit, pekerjaan susah, akhirnya mencoba melakukan budidaya seperti jahe dan bertani melalui sistem hidroponik. Saat ini omzet dari Rumah Tani Hidroponik tersebut mencapai Rp15 jutaan/bulan.
“Awalnya dulu memang jahe merah menjanjikan karena harganya mencapai Rp50 ribu/kilogram. Tapi sekarang turun drastis diterima Rp15 ribu/kilogram pun sudah bersyukur. Namun untuk sayur lebih menjanjikan dan sampai sekarang harga stabil, selain untuk keperluan makanan di pesantren sisanya dijual,” ungkap Mang Ndon.