Pentingnya Kajian Berbasis Risiko Bencana untuk Pengembangan Selat Sunda
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Selat Sunda merupakan salah satu titik strategis Indonesia dan sekaligus juga merupakan wilayah yang memiliki tingkat rawan bencana yang tinggi. Sehingga, kajian dan pemetaan ruang serta risiko bencana menjadi satu-satunya jalan agar wilayah Selat Sunda dapat tetap dikembangkan sekaligus menjaga tingkat risiko tetap rendah.
Penanggung jawab Output Kegiatan Mitigasi dan Adaptasi Bencana Laut, Pusat Riset Kelautan, Dr. Tubagus Solihuddin menyatakan, Selat Sunda memiliki potensi besar sebagai salah satu jalur pelayaran Indonesia Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Tapi perlu dipahami juga bahwa Selat Sunda juga memiliki potensi bencana.
“Karena faktor risiko bencana inilah dilakukan kajian oleh Pusat Riset Kelautan di daerah pasca bencana. Agar bisa didapatkan suatu data yang akan mampu memberikan suatu wawasan dalam merumuskan kebijakan tata ruang yang berlandaskan adaptasi dan mitigasi bencana,” kata Tubagus saat menggantikan Kepala Pusat Riset Kelautan membuka FGD Mitigasi Bencana Pesisir, Rabu (27/10/2021).
Salah satu kejadian bencana yang terjadi di Selat Sunda adalah tsunami besar pada tahun 1883 sebagai dampak letusan Krakatau yang menyebabkan 35 ribu korban jiwa dan kerusakan infrastruktur masif.
Selain karena kegiatan vulkanis, Selat Sunda juga memiliki potensi tsunami yang berasal dari gerakan lempeng tektonis zona subduksi atau yang dikenal sebagai Megathrust.
“Hal inilah yang membuat mitigasi dan adaptasi bencana di Selat Sunda menjadi penting. Semua komponen masyarakat, baik pemerintah daerah, pusat dan akademisi harus menjadikan hal ini sebagai fokus perhatian,” ucapnya.