Pentingnya Kajian Berbasis Risiko Bencana untuk Pengembangan Selat Sunda
Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Sejalan dengan berbagai sisi strategis itu, harus dipahami bahwa Selat Sunda juga memiliki potensi bencana. Apakah itu dari ancaman militer, ancaman tradisional dan ancaman bencana alam,” kata Marza dalam kesempatan yang sama.
Ia menjelaskan kondisi batimetri Selat Sunda sangat beragam, yaitu memiliki cekungan dan tingkat kedalaman bervariasi, yang mempengaruhi kecepatan gelombang tsunami mencapai daratan.
“Berdasarkan data yang terekam sejak tahun 1700-an, sudah terjadi tsunami yang diakibatkan oleh berbagai kejadian. Dan ini menjadi suatu warning bagi kita semua bahwa ada kemungkinan kondisi tsunami ini akan berulang dengan tinggi tsunami yang juga berbeda tergantung pada lokasi wilayah tersebut,” urainya.
Untuk menghindari dampak dari risiko bencana, dari hasil kajian pemetaan, Marza menyatakan pembangunan tata ruang yang adaptif bisa menjadi salah satu alternatif dalam merespons kondisi alam.
“Salah satu kajian pemetaan adalah simulasi yang dilakukan di Kecamatan Carita dengan menggunakan dua analisa yaitu faktor pendorong yaitu infrastruktur jalan dan faktor penghambat yaitu garis pantai. Terlihat dalam simulasi perubahan pemukiman masyarakat masih tetap bermukim di wilayah risiko tsunami karena alasan mata pencaharian,” urainya lagi.
Dengan kondisi seperti ini, pembangunan tempat evakuasi sementara dan tempat evakuasi akhir merupakan pilihan dalam adaptasi pada tsunami.
“Memastikan lokasi evakuasi ini dan juga edukasi masyarakat terkait bencana alam merupakan kunci penting dalam menurunkan risiko bencana. Akses ke lokasi evakuasi, kelayakan tempat evakuasi maupun petunjuk menuju lokasi evakuasi perlu menjadi perhatian pemerintah daerah dan masyarakat setempat, agar selalu terawat dan siap terpakai,” pungkasnya.