Permainan Tradisional Alternatif Rekreasi Anak Lampung

Editor: Koko Triarko

Hilarion (kiri) dan Wira Perdana membuat permainan bola dari daun bayur untuk permainan lempar bola di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, Minggu (17/10/2021). -Foto: Henk Widi

Wira Perdana, sang sahabat, menyebut bola dari daun bayur menjadi bahan permainan. Setelah bola daun bayur dibuat, ia akan mengikatnya memakai kawat dan tali. Bola daun bayur tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bola api yang kerap dipakai untuk obor pada malam hari. Permainan bola api yang ditendang saat malam hari juga bisa dilakukan di lapangan.

“Bola api dari daun bayur kerap digunakan saat musim bulan Ramadan, tapi bisa dibuat saat musim tunas bayur bertunas,” ulasnya.

Sementara itu kegiatan rekreasi dengan memancing ikan, dilakukan Rehan dan sejumlah teman sebaya. Siring alam saat kemarau kerap dangkal menjadi tempat berkumpul ikan wader, lele, dan gabus. Menggunakan pancing berjoran bambu, ia kerap mendapatkan berbagai jenis ikan berukuran sedang hingga besar. Ikan tersebut akan digoreng untuk makan bersama.

Hasil memancing ikan, sebut Rehan, sebagian dipelihara dalam toples. Memancing dekat rumah pada siring alam kerap dilanjutkan dengan mencari belut. Kegiatan mencari belut menjadi rekreasi menyenangkan memakai pancing berumpan cacing. Kegiatan memancing di siring kerap dilakukan usai panen padi dekat lahan sawah.

“Memancing ikan di siring jadi rekreasi anak-anak di desa, hasil ikan pancingan bisa dibakar atau digoreng,” ulasnya.

Bagi sejumlah anak pedesaan pesisir, permainan layang-layang atau layangan menjadi alternatif. Imam Arifin, salah satu anak di Desa Sumur, Kecamatan Ketapang, menyebut permainan layangan dilakukan di tepi pantai Pedada. Layangan dibuat dari bambu, senar dan plastik untuk dilakukan pada lokasi tepi pantai berangin kuat. Bermain layang-layang dilakukan bersama rekan sebaya.

Lihat juga...