Petani Lamsel Simpan Stok Gabah Kala Masa Panen Gadu
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Kualitas hasil gabah kering panen (GKP) yang meningkat digunakan petani Lampung sebagai stok.
Waginem, salah satu petani di Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) menyebut masa tanam gadu hasil panen cukup baik. Ia menyebut meski sempat mengalami kekurangan air berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, sebagian memilih memakai sumur bor.
Kurangnya ketersediaan air sebut Waginem tidak mempengaruhi produksi GKP. Normalnya saat masa tanam penghujan atau rendengan ia bisa mendapat hasil panen sebanyak 3,5 ton per hektare.
Saat panen masa tanam gadu ia hanya mendapatkan GKP sebanyak 3,2 ton per hektare. Meski mengalami penurunan namun jumlah tidak terlalu signifikan. Kualitas gabah sebutnya justru minim rendemen atau kadar air.
Kadar air GKP saat panen gadu sebutnya cukup rendah. Waginem menyebut memilih menyimpan GKP menjadi gabah kering giling (GKG).
Proses penyimpanan dilakukan dengan pengeringan dan karung kedap air. Rendahnya kadar air berimbas harga GKP semula Rp3.900 naik menjadi Rp4.200 per kilogram. Sementara GKG mencapai Rp5.000 per kilogram pada sejumlah usaha penggilingan.
“Dominan petani memilih menyimpan stok gabah untuk berbagai keperluan karena saat ini merupakan panen terakhir jelang akhir tahun. Sementara kebutuhan untuk hajatan, biaya sekolah dan keperluan sehari hari meningkat dengan cara menjual dalam bentuk beras,” terang Waginem saat ditemui Cendana News, Senin (18/10/2021).
Waginem bilang hanya menjual GKP sebanyak 1 ton untuk kebutuhan biaya operasional. Biaya operasional yang digunakan untuk menutupi biaya pengolahan lahan, bibit, pupuk dan obat-obatan.