Sambal Tempoyak dari Fermentasi Buah Durian, Enak
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Buah durian menjadi salah satu hasil panen yang dihasilkan di kebun milik Dewi, warga Pekon Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus. Ia memiliki puluhan pohon durian yang sebagian dipanen secara bertahap. Buah durian dipanen untuk dijual segar dan sebagian diolah menjadi tempoyak.
Dewi bilang, melimpahnya buah durian lokal khas Lampung kerap dijual segar di tepi Jalan Lintas Barat (Jalinbar) Sumatra. Durian lokal khas Lampung memiliki jenis bervariasi dengan ukuran kecil, sedang hingga besar.
Ia menyebut, pohon durian yang tumbuh di gugusan kaki Gunung Tanggamus hingga bukit barisan Selatan dikenal memiliki rasa manis, legit, berdaging tebal.
Saat proses penyortiran, Dewi mengaku kerap menemukan buah durian pecah. Durian pecah berasal dari jenis buah yang jatuh usai dimakan tupai. Namun pada bagian yang utuh, ia menyebut daging buah durian masih bisa dimanfaatkan.
Saat menemukan buah durian dengan rasa hambar, anyep, masih bisa dikumpulkan sebagai bahan tempoyak yang difermentasi. Pengolahan tempoyak dilakukan sederhana untuk beragam kuliner.
“Daging buah durian yang telah dipisahkan dari bijinya, lalu dimasukkan dalam wadah toples, tambahkan garam, lalu diamkan pada ruangan kering selama dua hingga tiga hari, sehingga akan terfermentasi, bisa ditambahkan cabai, bawang merah dan bumbu lain saat akan diolah menjadi sambal,” terang Dewi, saat ditemui Cendana News, Sabtu (16/10/2021).