Tips Sukses Mengarungi Pasar Australia

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Jadi setiap produk yang masuk bisa disesuaikan dengan segmentasi yang mana. Jadi misalnya mau memasarkan sambal bawang. Kalau yang disasar adalah diaspora Indonesia yang berjumlah sekitar 150 ribu orang ya tidak perlu penyesuaian rasa. Atau kalau mau expand ke etnis India yang 1,7 persen dari total penduduk, rasanya masih bisa sama karena etnis India juga menyukai pedas. Tapi saat kita mau expand ke etnis British ya artinya harus ada penyesuaian rasa. Karena mereka tidak suka pedas,” urainya lebih lanjut.

Dan budaya hidup sehat juga membuat mayoritas masyarakat Australia memilih produk yang bebas gula, lebih sedikit tercampur dengan produk susu dan telur serta sedapat mungkin gluten tree. Sebagian bahkan memilih produk vegan.

“Budaya juga mempengaruhi warna pakaian. Orang Australia tidak menyukai warna yang terlalu terang atau nabrak begitu. Dan bukan hanya pada pakaian, juga pada warna furnitur, mereka lebih menyenangi yang warna alam,” kata Ayu Siti.

Dan yang faktor terakhir untuk memastikan keberhasilan pemasaran produk di Australia adalah memiliki rekan importir yang tepat dan mematuhi regulasi yang berlaku.

“Tepat dalam artian, memiliki rekam jejak yang bagus dan etika bisnisnya juga kuat. ITPC bisa membantu untuk mengecek para importir yang akan menjalin kerja sama dengan eksportir sebelum melakukan kerja sama,” tuturnya.

Ia menjelaskan saat ini sudah berlaku pengaplikasian Indonesia Australia CEPA (IACEPA) yang membuat produk Indonesia dapat masuk ke Australia tanpa dikenai bea masuk.

“Ada 6476 produk yang masuk dalam daftar ini. Ini akan menjadikan produk Indonesia akan lebih kompetitif dibandingkan sebelum IACEPA diterapkan. Beberapa di antaranya yang menjadi nol persen adalah produk kayu dan turunannya yang dulu 5 persen, dairy products 5 persen, fertilizer 5 persen, produk kulit 5 persen hingga tekstil dan apparel yang dulu juga 5 persen,” pungkasnya.

Lihat juga...