Warga Sambisari Lestarikan Tradisi Pembacaan Macapat Salawat Nabi Muhammad
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
YOGYAKARTA – Perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi di Yogyakarta selama ini selalu identik dengan tradisi Sekaten yang digelar Kraton Yogyakarta setiap tahunnya.
Namun sejak adanya Pandemi Covid-19 beberapa tahun terakhir, tradisi yang diisi dengan penabuhan gamelan, kirab prajurit hingga perebutan gunungan ini untuk sementara dihentikan.
Meski begitu, sejumlah warga Yogyakarta tetap mengisi peringatan hari Maulud Nabi dengan tradisi dan budaya di desa masing-masing. Salah satunya adalah tradisi pengajian macapat yang ada di desa Sambisari Purwomartani Kalasan Sleman.
Dimotori Masjid Kagungan Dalem Sambisari, yang merupakan salah satu masjid milik Kraton Yogyakarta, sejumlah warga menyelenggarakan pengajian macapat dalam rangka memperingati hari Maulid Nabi yang jatuh pada Selasa (19/10/2021) hari ini.
Mengenakan pakaian adat Jawa, sejumlah warga nampak melantunkan tembang macapat dengan iring-iringan alat musik tradisional seperti Demung, Kempyang, Kendang hingga Rebana. Sejumlah bapak-bapak hingga ibu-ibu juga nampak menyimak lantunan tembang Jawa tersebut dengan seksama.
“Tembang ini merupakan tembang Salawat Nabi yang dibacakan dalam bentuk macapat. Isinya ya sama dengan Salawat berbahasa Arab. Hanya saja digubah dengan memakai bahasa Jawa,” ungkap Rois sekaligus pimpinan kelompok Macapat Margolaras, Slamet Riyadi, Senin (18/10/2021) malam.
Slamet mengatakan tradisi pembacaan macapat salawat atau salawat Jawa ini biasa dilakukan masyarakat Sambisari untuk menyambut peringatan hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Pembacaan ini dilakukan pada malam menjelang hari Maulid Nabi di masjid Kagungan Dalem Sambisari.