Begini Cara Petani di Lamsel Terapkan Pertanian Ramah Lingkungan
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Sebagian warga Lampung Selatan menerapkan sistem pertanian ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahn organik.
Suyatinah, warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, menerapkan sistem tersebut dengan mengintegrasikan perikanan, peternakan dan pertanian. Memanfaatkan kolam terpal, budi daya ikan lele mutiara dilakukan dengan tanaman enceng gondok.
Menurut Suyatinah, tanaman enceng gondok kerap dipandang sebagai gulma. Namun, pemanfaatan gulma efektif untuk menahan penguapan air kolam dan tempat bersembunyi ikan dan pakan. Saat sebagian tanaman menua dan mengering, membusuk, ia akan mengangkat dari kolam. Gulma enceng gondok akan dikeringkan, ditimbun dalam lubang untuk pengomposan. Kotoran kelinci, ayam, kambing, lumpur kolam residu pakan, ditambahkan.
Kompos dari gulma enceng gondok, sebut Suyatinah bisa dipanen setelah satu bulan. Kompos akan dicampurkan bersama dengan tanah gembur, dikeringkan, lalu bisa disimpan dalam karung.
Berfungsi sebagai pupuk, media tanam tanah hasil fermentasi enceng gondok menjadi pembenah tanah. Media pembenah tanah ditaburkan dekat tanaman pertanian, media tanam sayuran sawi, bayam, kangkung.

“Penggunaan pupuk hasil kompos dari enceng gondok yang dibiarkan membusuk juga digunakan sebagai media tanam pada budi daya tanaman buah dalam pot, untuk pohon jambu madu deli, jambu jamaica dan jeruk kunci. Selain dibuat kompos, tanaman enceng gondok utuh bisa ditebarkan dekat tanaman agar mengalami pembusukan alami dan menjadi pupuk organik,” terang Suyatinah, saat ditemui Cendana News, Rabu (10/11/2021).