Begini Cara Petani di Lamsel Terapkan Pertanian Ramah Lingkungan

Editor: Koko Triarko

Suyatinah bilang, pola pemanenan enceng gondok dilakukan bertahap. Gulma yang sengaja dibudidayakan pada kolam akan dibiarkan tumbuh, lalu dipanen. Saat populasi enceng gondok makin banyak, selanjutnya akan diangkat, sisakan sebagian sebagai bibit.

“Enceng gondok memiliki akar napas, bagian batang semu penuh air. Kandungan zat nutrisinya cocok untuk bahan pembuatan pupuk,” katanya.

Sipon, petani lain, memanfaatkan pupuk alternatif untuk budi daya sayuran. Sawi, bayam, pokcay dan kangkung dibudidayakan memakai media tanam tanah gembur. Tanah gembur diperoleh dari campuran kotoran kambing, ayam, abu sekam dan kompos.

Media tanam tersebut diperoleh dari kandang yang telah dikumpulkan dari ternak ayam, sebagian mengambil dari tetangga.

“Kotoran kambing bisa diperoleh dari tetangga, pilih yang telah kering bercampur dengan tanah ditumbuhi rumput,” ulasnya.

Penggunaan bahan alami, sebut Sipon menjaga kondisi unsur hara dalam tanah. Lingkungan yang tetap subur tanpa bahan kimia menghasilkan produk pertanian yang sehat. Tanpa memakai bahan kimia, bahkan sistem penyiraman kocor memakai pupuk kompos membuat sayuran tersaji segar.

Ia juga akan memendam sisa sayuran sebagai pupuk bersama dengan kotoran ternak.

Pemanfaatan pupuk organik juga dimanfaatkan sebagai pembenah tanah di Desa Gandri, Kecamatan Penengahan. Lahan pertanian didominasi padas, berimbas tingkat kesuburan tanah menurun.

Suhartini, petani di desa itu, mengatakan media pembenah tanah dengan memakai pupuk organik. Sebagian petani bekerja sama dengan perusahaan ternak sapi, ternak ayam. Campuran kedua jenis kotoran hewan itu diberikan ke lahan setelah ditaburi zat kapur.

Lihat juga...