Cuaca Ekstrem Terjadi Saat Kebakaran Kilang di Cilacap
JAKARTA – Peneliti klimatologi dari Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mengatakan cuaca ekstrem terjadi saat insiden kebakaran Kilang Cilacap di Jawa Tengah, pada Sabtu malam, 13 November 2021.
“Tanggal 13 itu merupakan cuaca ekstrem yang intens, tidak hanya singkat durasinya, tetapi long life,” kata Erma dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Senin (15/11/2021).
Erma menjelaskan, konsentrasi hujan tertinggi saat itu berada di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, di antaranya wilayah Cilacap yang masuk dalam luasan konsentrasi maksimum pada sore hari.
Kondisi cuaca tersebut berlanjut sampai pukul 19.00 WIB. Sejam kemudian, badai sudah membentuk pita hujan atau rainband yang terangkai di bagian selatan dari Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan sampai ke sebagian Jawa Timur.
“Ada pergerakan badai atau hujan, pita hujan ini terbentuk di wilayah bagian selatan. Tentu kita tahu, bahwa Cilacap itu ada di bagian selatan,” jelasnya.
Lebih lanjut Erma menerangkan, bahwa awan konvektif itu belum meluruh sampai pukul 22.00 WIB masih terkonsentrasi di selatan dan bergerak terus ke arah laut hingga menjelang dini hari pukul 04.00 WIB.
Kondisi itu menyebabkan cuaca ekstrem yang intens dengan durasi yang lama.
Menurutnya, sel badai yang tadinya kecil-kecil kemudian bergabung, meluas, dan membesar cenderung persisten menghasilkan hujan dengan intensitas tinggi.
“Kalau kondisinya seperti ini, sangat kecil kemungkinan tidak ada aktivitas petir di dalam sel badai konvektif yang dihasilkan,” ujarnya.
Erma mengungkapkan, keberadaan petir di wilayah selatan Jawa Tengah tidak terdata oleh satelit global yang mengumpulkan data-data petir secara langsung, namun aktivitas petir terdeteksi di bagian utara Jawa Tengah.