Intervensi Dana Desa Cegah ‘Stunting’ di Sikka
Editor: Makmun Hidayat
MAUMERE — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan upaya penurunan angka stunting dari 18,2 persen menjadi hanya tersisa 8 persen saja di tahun 2022 nanti.
“Setiap desa mengganggarkan dana sesuai dengan jumlah anak stunting di wilayahnya,” kata Kepala Puskesmas Kewapante, Theresia Angelina Bala saat ditemui di Desa Kopong, Jumat (5/11/2021).
Theresia menyebutkan, setiap anak stunting membutuhkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) selama 180 hari tanpa putus atau tenggat waktu 6 bulan.
Untuk itu kata dia, setiap anak setelah dihitung oleh ahli gizi membutuhkan dana Rp4,3 juta selama periode waktu tersebut dengan asupan gizi yang sesuai perhitungan.
Ia melanjutkan, selama ini orang tua hanya datang ke Posyandu untuk mengambil PMT dan membawa pulang ke rumah untuk diebrikan kepada anak stunting.
“Kita ubah di mana anak-anak stunting harus datang ke Posyandu dan PMT dikonsumsi di Posyandu. Sebelum makan, anak-anak diberikan rangsangan berupa permainan dan lainnya untuk merangsang pertumbuhan otaknya,” jelasnya.
Theresi mengakui, lewat PMT termasuk pemberian telur ayam kampung yang berprotein tinggi bisa membuat anak-anak bebas stunting.
Ia menjelaskan, setiap anak wajib mengonsumsi telur ayam kampung sebutir setiap harinya selama 180 hari dan selama sebulan sekali dipantau perkembangan kesehatan anak stunting.
Selain perkembangan kesehatan sebut dia, perkembangan otak anak pun dipantau agar bisa dilihat sejauh mana keberhasilan yang dicapai.