Setelah itu, aku tidak lagi melihat dirinya. Ia bolos sekolah sehingga setiap anggota kelas mencari-cari keberadaannya. Ayahnya bahkan datang ke sekolah untuk menanyakan keberadaan anaknya tersebut.
Kami semua bingung. Kami tidak memiliki petunjuk harus mencarinya ke mana. Hingga di suatu malam, tepat setelah membeli paket data, kudapati sepucuk informasi jika ia telah ditemukan tak bernyawa.
Aku pun terdiam sejenak. Kemudian, aku bertanya dengan curiga, apakah berita ini cuma akal-akalan saja? Namun, tidak ada satu pun yang membalas. Hal tersebut membuatku semakin putus asa, namun juga semakin bertanya-tanya.
Sambil menunggu balasan, aku memanfaatkan waktu tersebut untuk memakai celana panjang serta jaket yang kupinjam darinya.
Seolah-olah seperti anak hilang, aku pergi ke burjo terdekat, yang biasa dipakai anak-anak sekolah untuk nongkrong, berharap ada seorang teman di sana yang bisa memberikan kejelasan.
Di warung tersebut, aku menemukan seseorang, yang entah seangkatan atau bukan, tetapi kami memiliki tujuan yang sama, yakni kejelasan.
Aku sangat beruntung sekali waktu itu, karena ia membawa motor dan mau memboncengi sampai ke lokasi kejadian. Mobil polisi terlihat memblokade jalan.
Lokasi tersebut telah disesaki oleh manusia-manusia yang penasaran, seperti gerombolan semut yang mengerubungi bibir botol kecap yang tidak tertutup.
Setelah beberapa saat berjejal-jejalan, akhirnya tampak sejumlah orang sedang mengangkut tandu yang berisikan tubuh seseorang yang tertutup ke dalam ambulans lalu beranjak pergi.
Setelah ambulans tersebut pergi, kerumunan perlahan-lahan menghilang. Di sebuah burjo di dekat lokasi kejadian, salah satu temanku sedang diwawancarai.