Masyarakat tak Perlu Takut Periksa Payudara
JAKARTA – Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya, Dr. dr. Cosphiadi Irawan, Sp.PD-KHOM, FINASIM., mengimbau masyarakat untuk tidak takut menjalani deteksi dini kanker payudara dengan periksa payudara sendiri (SADARI), agar segera bisa ditangani bila ditemukan kelainan.
“Yang kerap dihadapi justru pasien menghindari SADARI karena merasa takut,” kata Cosphiadi dalam webinar kesehatan, Selasa (2/11/2021).
Di sisi lain, masyarakat juga belum terbiasa menjalani pemeriksaan payudara klinis (SADANIS), yang sama-sama bertujuan menemukan benjolan atau tanda-tanda lain pada payudara sedini mungkin.
Dia berharap, paradigma soal deteksi dini bisa diubah, agar masyarakat lebih sadar pentingnya deteksi dini, bukan menjauhinya.
Sebab, 70 persen pasien terdiagnosis kanker payudara baru memeriksakan diri ke dokter ketika sudah dalam stadium lanjut. Ketika pasien berada dalam stadium lanjut, tingkat keberhasilan penanganan juga makin kecil dan kualitas hidupnya akan menurun. Makin cepat kanker dideteksi, kualitas hidup pasien akan makin baik.
Penanganan yang kurang optimal ini berdampak kepada tingginya angka kematian serta rendahnya angka kesintasan.
“Di negara maju, setting populasi proporsinya sudah terbalik, 70 persen pasien ada di stadium satu atau dua, di Indonesia ini yang masih menantang,” katanya.
Dia menjelaskan, kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang dapat dideteksi sejak dini, dan mempunyai tingkat kesintasan yang cukup tinggi jika penanganannya dilakukan secara tepat waktu dan optimal.
Namun, saat ini di Indonesia masih banyak kasus atau sekitar 60 persen yang datang dalam kondisi stadium lokal lanjut dan stadium lanjut. Sehingga, untuk memberikan penanganan kanker yang bermutu, holistik, dan tepat waktu, terdapat banyak tantangan bagi dokter spesialis onkologi di antara berbagai kesibukannya.