Potensi Usaha Penyulingan Minyak Atsiri di Ambon

AMBON – Nun jauh di perbukitan Kota Ambon nan tenang tepatnya di Dusun Kranjang, Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon, Ambon, La Yapi (52), merintis usaha penyulingan minyak atsiri sejak lima tahun yang lalu.

Usaha penyulingan skala rumahan tersebut dengan nama Bunga Tani, menghasilkan minyak atsiri dari rempah seperti cengkih, serai, nilam dan kayu putih yang memang dikenal sebagai komoditas unggulan Maluku sejak ratusan tahun lalu.

“Awalnya keluarga kami turun-menurun melakukan penyulingan minyak kayu putih. Tetapi, sempat berhenti saat saya jadi kepala desa,” kata Yapi, yang merupakan perantau asal Buton dan menetap di Ambon sejak tiga generasi yang lalu.

Proses penyulingan dilakukan di belakang rumah Yapi, dengan alat-alat sederhana, seperti dandang aluminium dengan kapasitas 200 liter atau warga setempat menyebutnya sebagai ketel dan drum pendinginan.
Ketel dijerang di atas tungku batu bata berwarna coklat, dengan kayu sebagai bahan bakar utamanya. Sebelum proses penyulingan, cengkih harus dijemur dulu selama dua hari, baru kemudian diproses.

Untuk 40 kilogram cengkih dijerang bersama lima liter air. Saat proses pemanasan berlangsung, ketel tersebut harus ditutup rapat yang ujungnya terhubung pipa dengan drum pendingin. Tujuannya agar minyak yang dihasilkan dari pemanasan tersebut tidak menguap. Pada drum pendingin tersebut, terdapat keran untuk mengalirkan minyak pada jirigen penampungan.

Proses pemanasan tersebut berlangsung selama delapan jam. Setelah proses pendinginan, dilakukan pemisahan antara minyak dan air, baru kemudian dikemas.

Cengkih atau tepatnya batang cengkih tersebut didapatkannya dari Namlea, Pulau Buru. Batang cengkih yang menjadi bahan baku penyulingan tersebut dibeli dengan harga Rp8.000 per kilogram.

Lihat juga...