Tanaman Kayu Produktif Bisa Jadi Solusi Lingkungan dan Ekonomi

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Kebutuhan akan kayu keras untuk konstruksi bangunan, kapal nelayan hingga perabotan rumah tangga yang tinggi dari tahun ke tahun, menyebabkan pasokan kayu yang semula berasal dari hutan dan kawasan perkebunan Lampung Selatan, menurun. Sejumlah tanaman kayu langka jenis kayu tabu, pule, merbau, bayur elang, pun kini sulit diperoleh.

Kondisi itu diakui Subawi, petani di perbukitan Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan. Menurut Subawi, kelangkaan kayu erat berkaitan dengan laju penebangan tanpa peremajaan. Sebagai generasi kedua di keluarga yang tinggal di perbukitan, ia menyebut sebagian tanaman kayu langka telah habis.

“Jenis kayu tabu, laban, pule yang digunakan sebagai bahan pembuatan perahu makin terbatas. Alih fungsi lahan kebun tempat tumbuh pohon menjadi lahan jagung, pisang juga menjadi faktor berkurangnya pohon kayu keras,” terang Subawi, saat ditemui Cendana News, Rabu (3/11/2021).

Subawi mengatakan, penanaman pohon kayu berusia puluhan tahun diganti jenis kurang dari tujuh tahun menjadi pilihan. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama pohon kayu keras ditebang. Tersisa jenis kayu keras usia pendek yang cepat panen, seperti sengon laut, jati ambon, waru gunung, mindi, medang. Berbagai jenis pohon kayu keras tersebut digunakan untuk bahan perabotan rumah tangga, papan, balok dan palet.

“Saya menanam pohon kayu keras yang cepat panen dengan pola penanaman sejajar berjarak, sehingga bagian sela tanaman bisa tetap dipergunakan untuk menanam pisang, sayuran, ketika usia lima hingga enam tahun pohon bisa ditebang untuk kebutuhan dijual menghasilkan uang,” kata Subawi.

Lihat juga...