Wanatani Cara Petani Bandar Lampung Jaga Siklus Hidrologi
Editor: Koko Triarko
Yahya bilang, memanfaatkan hutan sebagai pertanian wanatani juga menghasilkan beragam komoditas. Petani bisa mendapatkan hasil panen dari proses menderes nira pohon aren. Sebagian petani juga mendapatkan kesempatan menyadap getah karet alam yang berusia puluhan tahun. Hasil mingguan diperoleh petani dengan memanen kakao, talas, sayuran, pisang hingga cabai. Penanaman porang dilakukan petani sebagai tanaman sela.
Penanaman jenis pohon akasia daun lebar, sebut Yahya dilakukan petani di luar kawasan. Namun penanaman di luar kawasan hutan tetap memiliki fungsi sebagai penyerap air. Pasokan air melimpah menjadi sumber mata air bagi pertanian dan kebutuhan harian masyarakat. Mempertahankan pasokan dan sumber air, akan sangat mendukung konservasi lingkungan. Jenis akasia yang dipanen setiap enam tahun menjadi investasi.
“Pesanan kayu akasia bisa panen tiga tahun untuk bahan kertas, sebagian untuk palet kayu,” terang Yahya.
Penerapan wanatani juga dilakukan Hasbulah, di Kelurahan Sukarame II, Teluk Betung Barat. Memiliki lahan dekat kali akar membuat ia bisa menanam tanaman produktif buah mangga, kelapa hingga bambu.
Berbagai jenis tanaman kayu keras jenis jati menjadi sumber pemasukan petani setiap lima tahun. Kebutuhan akan bambu sebagai bekisting bangunan dan kebutuhan lain membuat bambu dipertahankan.
Keberadaan tanaman kayu keras termasuk ketapang, sukun dan tanaman tepi air, menahan longsor sungai. Hasbulah menyebut mendekati musim penghujan, ia membersihkan area tepi sungai. Pemotongan dahan, ranting dilakukan agar saat banjir sampah tidak tersangkut. Bantaran sungai sebagian dipertahankan dengan tanaman kayu keras berakar kuat untuk menahan banjir, longsor.