Warga Lamsel Jaga dan Manfaatkan Embung Alami
Editor: Koko Triarko
Sarifudin bilang, fungsi embung sebagai penyeimbang lingkungan dirasakan warga. Warga yang dominan berprofesi sebagai peternak, petani, mengandalkan embung untuk budi daya tanaman pertanian.
Jenis satwa di wilayah tersebut juga tetap terjaga berupa burung bangau, biawak hingga ular sanca. Penyeimbang lingkungan berupa embung kini dimaksimalkan untuk budi daya ikan air tawar, penyiram bahan pakan ternak kambing, menanam jagung, sayuran.
Bantuan embung buatan, sebut Sarifudin dimaksimalkan warga. Berasal dari bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) melalui kelompok tani, embung memiliki fungsi ganda. Alokasi fasilitas embung merupakan pemanfaatan sumber air yang terbentuk alami pada lahan milik warga yang dihibahkan. Jangka panjang embung, sebutnya memiliki fungsi ekologis sebagai penyimpan air dari siring alami.
“Selama ini siring alami mengalir ke persawahan warga dengan sistem pembagian bergilir, kini ditampung dahulu pada embung,” ulasnya.
Ia mengatakan, embung kombinasi alami dan buatan akan memiliki pasokan air segala musim. Saat penghujan, pasokan air embung bisa digunakan sebagai tempat budi daya ikan nila, gabus dan lele. Keberadaan lahan perbukitan yang masih memiliki pepohonan lengkap sebagai penyerap air, menjadikan embung tetap menghasilkan air. Sebagian lokasi di dekat embung mulai ditanami pohon peresap air jenis gondang, beringin, pule hingga tanaman bayur.
Keberadaan embung menjadi tumpuan warga, juga diakui Saiful, Kepala Desa Ruguk, Kecamatan Ketapang.
Ia menyebut, bentang alam desa yang dipimpinnya sangat unik. Sebab, desa tersebut memiliki kontur gunung, perbukitan, sungai dan dataran rendah. Kebutuhan air yang tinggi kala musim kemarau berimbas embung sangat dibutuhkan warga. Lokasi sungai yang jauh dari lahan pertanian butuh dukungan embung.