Warga Teluk Pandan Lampung Rekayasa Hayati Cegah Abrasi Pantai

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Pesisir Teluk Pandan menyambung dengan Teluk Lampung menjadi kawasan bahari Lampung. Namun perubahan kawasan pesisir yang sebagian beralih fungsi menjadi area dermaga, wisata hingga permukiman, menyumbang perubahan bentang alam pantai. Juga abrasi oleh gelombang laut dan angin, yang oleh warga setempat diantisipasi dengan rekayasa hayati atau bioengineering.

Budiman, masyarakat pesisir Teluk Pandan, yang juga menjadi nama kecamatan baru di Kabupaten Pesawaran, mengatakan abrasi menjadi persoalan selama puluhan tahun.

Menurut nelayan tradisional di Desa Sukajaya Lempasing, Teluk Pandan itu, bentang alam pantai puluhan tahun silam merupakan kawasan yang ditumbuhi vegetasi alami. Dominan vegetasi berupa pandan laut, cemara, kelapa, waru laut, api api, bakau dan kemiri laut.

Suwanto, salah satu nelayan di pantai Karang Kambang memanfaatkan susunan batu untuk penahan gelombang di Sukajaya Lempasing, Teluk Pandan, Pesawaran, Lampung, Rabu (17/11/2021). –Foto: Henk Widi

Sebagian warga memanfaatkan batu alam, ban bekas untuk penahan abrasi. Kebutuhan akan perumahan mendorong sebagian warga melakukan perluasan daratan secara tradisional. Perluasan daratan atau reklamasi, dilakukan untuk mengembalikan daratan yang telah tergerus abrasi. Abrasi selama puluhan tahun mengurangi daratan sepanjang puluhan meter.

“Puluhan tahun silam masih banyak pepohonan pantai tumbuh alami, namun alih fungsi lahan menjadi tambak berimbas perubahan fungsi ekologis pesisir, sebagian berubah jadi pelabuhan untuk distribusi batu belah, namun sebagian tambak tidak beroperasi sehingga vegetasi alami kembali tumbuh,” terang Budiman, saat ditemui Cendana News, Rabu (17/11/2021).

Lihat juga...