Media Prodemokrasi Hong Kong Ditutup Paksa, Pengelolanya Ditangkap

HONG KONG — Media prodemokrasi Hong Kong Stand News ditutup paksa pada Rabu setelah polisi menggerebek kantor, menyita aset dan menangkap staf seniornya atas dugaan menerbitkan “publikasi yang menghasut”.

“Stand News kini berhenti beroperasi,” kata media nirlaba, yang didirikan pada 2014, itu di Facebook.

Media itu juga mengatakan bahwa semua karyawannya telah diberhentikan.

Stand News menjadi publikasi prodemokrasi terkemuka yang masih tersisa di Hong Kong setelah tabloid Apple Daily, milik konglomerat Jimmy Lai, ditutup pada tahun ini.

Kepala departemen keamanan nasional kepolisian Hong Kong Steve Li mengatakan Stand News telah menyiarkan berita dan komentar yang menyulut kebencian terhadap pihak berwenang.

Polisi, kata Li, menyita aset senilai 61 juta dolar HK (sekitar Rp111,5 miliar), juga komputer, telepon, dan materi jurnalistik.

Dia tidak menepis kemungkinan akan ada lagi yang ditangkap.

“Kami tidak membidik wartawan. Yang jadi sasaran kami adalah pelanggaran keamanan nasional,” kata Li.

Polisi mengatakan 200 anggotanya menggeledah kantor Stand News. Tiga pria dan empat wanita yang berusia 34-73 tahun ditangkap atas dugaan melakukan “persekongkolan menerbitkan publikasi yang menghasut”.

Polisi tidak menyebutkan identitas mereka, namun media mengatakan mereka adalah para mantan anggota dewan redaksi Stand News, termasuk penyanyi pop Denise Ho, mantan pemimpin redaksi Chung Pui-kuen, dan penjabat pemimpin redaksi Patrick Lam.

Reuters tidak bisa menghubungi para tersangka atau penasihat hukum mereka.

Ronson Chan, wakil editor penugasan Stand News dan kepala Asosiasi Jurnalis Hong Kong (HKJA), tidak ikut ditangkap.

Lihat juga...