22 Anak Pulau Belakangpadang di Batam Derita Kekerdilan
BATAM — Sebanyak 22 orang anak Kecamatan Belakangpadang Kota Batam Kepulauan Riau yang berbatasan dengan Singapura menderita kekerdilan.
Wali Kota Batam Amsakar Achmad menyatakan angka kekerdilan di pulau-pulau penyangga, termasuk Kecamatan Belakangpadang yang berhadapan dengan Singapura, relatif lebih kecil dibandingkan dengan data anak di pulau utama.
“Karena pemenuhan gizinya cukup. Proteinnya berlimpah, banyak ikan segar,” kata Amsakar Achmad usai memimpin rapat Rembuk Stunting di Pulau Belakangpadang, Rabu.
Dari 1.168 anak Kecamatan Belakangpadang yang diukur, hanya 22 orang yang mengalami kekerdilan, atau 1,88 persen.
Tidak hanya di Belakangpadang, kecamatan pulau penyangga lainnya pun demikian, angka kekerdilan rendah.
Di Kecamatan Galang, dari 941anak yang diukur hanya 27 anak yang mengalami kekerdilan atau 2,8 persen. Dan di Bilang, dari 971 anak yang diukur sebanyak 63 di antaranya mengalami kekerdilan.
“Untuk seluruh hinterland, dari 3.080 anak yang diukur, 112 orang di antaranya stunting. Angka anak stunting dibanding anak sehat 3,6 persen” kata Wakil Wali Kota.
Sementara di pulau utama, dari sekitar 52 ribu anak yang diukur, sebanyak 3.244 anak di antaranya menderita kekerdilan, atau 6,2 persen.
“Artinya, di hinterland persentase anak stunting lebih kecil kalau melihat kekerdilan dengan balita keseluruhan di bandingkan dengan mainland,” kata dia.
Dalam rembuk stunting di Pulau Belakangpadang, ditemukan sejumlah kendala dalam penanganan kekerdilan, di antaranya keterbatasan alat pengukur panjang bayi dan sulitnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil di pulau-pulau.
Menurut Wakil Wali Kota, penyebab utama terjadinya anak kerdil di pulau penyangga lebih pada keterbatasan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil. Bukan kurangnya gizi anak.