Produksi ‘Emas Hitam’ Sumsel, Meningkat

PALEMBANG – Produksi batu bara di Provinsi Sumatra Selatan mencapai 50 juta ton pada 2021, meningkat satu juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel, Hendriansyah, mengatakan peningkatan ini dipengaruhi juga oleh kenaikan harga komoditas “emas hitam” itu sepanjang 2021.

Pada tahun lalu, dari total produksi 50 juta ton terdapat 46 juta ton batu bara yang dijual ke pasar domestik dan ekspor. Volume penjualan ini menurun dibandingkan 2020 yang mencapai 50 juta ton.

Menurutnya, cuaca mempengaruhi capaian produksi batu bara Sumsel pada tahun lalu. Meski dipayungi fenomena La Nina, tapi kegiatan penambangan pada 2021 itu jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

“Faktor lainnya yang turut mendorong kenaikan produksi ini, yakni adanya perpindahan wewenang dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat,” kata dia di Palembang, Jumat (29/1/2022).

Atas kenaikan produksi batu bara tersebut, Sumsel tentunya mendapatkan dampak positif dari sisi pendapatan royalti dan dana bagi hasil.

Pada 2022, ia memperkirakan produksi batu bara Sumsel akan meningkat walau tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini lantaran Sumsel masih terkendala dengan jalur logistik untuk mengangkut batu bara dari areal penambangan ke pelabuhan sungai.

Sebagian besar kegiatan pertambangan Sumsel dilakukan di Lahat, Tanjung Enim (Muara Enim) dan Musi Rawas Utara, yang berjarak 130 kilometer dari pelabuhan sungai di Lalan, Musi Banyuasin.

Menurutnya, hal ini juga yang menyebabkan Sumsel yang memiliki total 40 pemilik izin usaha pertambangan (IUP) aktif, termasuk PT Bukit Asam, hanya mampu menghasilkan 50 juta ton per tahun.

Lihat juga...