MUI Jember Tanggapi Soal Ritual di Pantai Payangan

Ketua MUI Jember KH Abdul Haris di Pendapa Wahyawibawagraha Jember, Senin (14/2/2022). (ANTARA/Zumrotun Solichah)

JEMBER – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember, KH Abdul Haris, angkat bicara terkait ritual yang dilakukan Kelompok Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan, yang mengakibatkan 11 orang pengikutnya tewas dihantam ombak tinggi.

“Kalau dari sisi bacaan sholawat tidak ada yang aneh, kemudian menjadi aneh ketika ritual dilaksanakan di pantai, apalagi ketika ombak besar, dan konon katanya sudah dilarang. Itu yang jadi masalah,” katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (15/2/2022).

Ia mengaku, pihaknya baru mengetahui kelompok tersebut setelah tragedi maut yang terjadi di Pantai Payangan Jember pada Minggu (13/2), sehingga MUI Jember tidak punya banyak data terkait dengan ritual yang dilakukan Padepokan Tunggal Jati Nusantara.

“Kami coba menelusuri dari video yang sudah viral dan teman-teman di Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi. Dari tayangan video itu, kami menegaskan dari sisi bacaan tidak ada yang aneh,” tuturnya.

Menurutnya, Pantai Payangan yang dijadikan lokasi ritual yang menjadi masalah, karena seakan-akan kelompok tersebut memiliki keyakinan bahwa ritual yang dilakukan di pantai lebih bagus dibandingkan tempat yang lain.

“Padahal, sesuai ajaran agama Islam ,sudah jelas bahwa tempat istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan dalam segala hal adalah masjid dan tempat ibadah,” katanya.

Ia menjelaskan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Komisi Fatwa untuk melakukan wawancara dan mencari data terkait Kelompok Padepokan Tunggal Jati Nusantara di Dukuhmencek.

“Bisa jadi orang-orang di kelompok itu serius punya sesuatu yang diajarkan kepada orang lain, namun kami belum bisa menjawab hal itu, karena kami masih kumpulkan data dan informasi,” ujarnya.

Lihat juga...