Belanda Murka Karena SU 1 Maret 1949, Kemusuk Jadi Sasaran
Editor: Koko Triarko
Cendana News, YOGYAKARTA – Sesudah Serangan Umum 1 Maret 1949 Belanda juga kembali menyerang dusun kelahiran Soeharto di Kemusuk.
Pertama kali Belanda menyerang dusun tersebut pada hari Jumat Kliwon 6 Januari 1949. Serangan pertama ini menewaskan 23 warga Dusun Kemusuk, termasuk ayah angkat Soeharto.
Setelah peristiwa itu, pada tanggal 9 Januari 1949 pasukan Soeharto kembali melakukan Serangan Umum ke-2 malam hari.
Gatot Nugroho mengatakan, pada serangan umum kedua ini mulai ada tanda khusus berupa Janur Kuning di pundak kiri.
Juga kata sandi pejuang ‘Mataram Menang’ yang diucapkan sembari mengangkat tangan kiri ke atas.
Setelah serangan umum kedua itu, ada perintah kepada tiga Komandan Wehrkreise yaitu Letkol Moh. Bachrun, Letkol Sarbini, dan Letkol Seoeharto untuk melancarkan serangan serentak pada 17 Januari 1949.
Kemudian pada tanggal 4 Februari 1949, pasukan Soeharto kembali menggelar serangan umum yang keempat pada malam hari.
Gatot mengatakan, empat serangan umum itu kemudian berujung pada serangan umum kelima, yaitu Serangan Umum 1 Maret 1949.
“Serangan ini juga dikenal dengan Perang Semesta yang melibatkan seluruh komponen bangsa dari Tentara Nasional, Laskar Pejuang, kalangan Keraton Yogyakarta dan masyarakat,” kata Gatot.
Juga dikenal sebagai Peristiwa 6 Jam di Yogya di bawah kepemimpinan tiga tokoh bangsa. Mereka adalah Panglima Jenderal Soedirman, Sultan HB IX dan Letkol Soeharto.
Setelah Serangan Umum 1 Maret 1949, pasukan Belanda kembali melakukan pembalasan.
Belanda menyerang ke wilayah sekitar Yogyakarta dan menyisir dari kota menuju ke Dusun Kemusuk.
Menurut Gatot, Belanda mencari pasukan pejuang di bawah kepemimpinan Soeharto.