Mimpi yang Teramputasi

CERPEN DICKY PRANAYA

Tidak terlalu sulit bagi Ranu menemukan rumah ayah dan istri barunya. Rumahnya tepat berada di pinggir jalan bersebelahan dengan rumah bercat warna oranye. Rumah ayah dan istri barunya sendiri dicat warna hijau, tidak terlalu besar dan ada pohon jambu air yang sedang berbuah lebat di samping kiri halamannya.

Rumahnya tampak sepi dan membuat Ranu sedikit ragu untuk mengetuk pintu. Tapi Ranu harus bertemu dengan ayahnya karena tujuan utama Ranu datang ke sini karena ingin meminta bantuan ayahnya untuk biaya sekolahnya.

Jantung Ranu berdegup kencang. Sudah 3 tahun lebih ia tidak berjumpa dengan ayah kandungnya. Seperti apakah rupa ayahnya sekarang? Apakah ayahnya masih ingat dengan Ranu, anak yang sudah 3 tahun ditinggalkannya?

Ragu-ragu Ranu mengetuk pintu rumah ayahnya.

“Assalamualaikum.”

Dua kali mengetuk pintu dan dua kali mengucap salam tak ada jawaban. Baru pada ketukan ketiga pintu dibuka.
Seorang wanita berusia sekitar 35 tahun berkulit putih menatap Ranu penuh selidik.

“Cari siapa?” tanya wanita itu.

“Cari Pak Nadi. Pak Nadinya ada?” Ranu balik bertanya dan balas menatap wanita tersebut dengan kecut.

“Memangnya kamu siapa? Ada perlu apa mencari suami saya?” Wanita itu menatap tajam wajah Ranu. Mungkin merasa heran atau pun curiga ada anak laki-laki tanggung mencari suaminya.

“Saya. Saya Ranu. Anak kandung Pak Nadi.” jawab Ranu gugup bercampur takut. Wanita yang mengaku sebagai istri Pak Nadi atau ayahnya Ranu terkejut sekali mendengar jawaban Ranu. Tapi cuma sesaat dan dengan sinis bertanya lagi.

“Terus ada perlu apa kamu datang ke sini?!”

Belum sempat Ranu menjawab pertanyaan istri baru ayahnya itu tiba-tiba seorang laki-laki berusia sekitar 42 tahunan muncul dari dalam dan berdiri di samping wanita yang mengaku sebagai istri Pak Nadi.

Lihat juga...