Pembalasan

CERPEN YUSTINUS YUAN DAN YUDITEHA

Lentera Bumi, pendekar di perguruan Kapak Berduri telah lulus ujian terakhir —mengosongkan seluruh hasrat dalam semadi— bukti bahwa dirinya memang pantas menjadi pimpinan perguruan itu, sekaligus pewaris atas senjata andalannya: Kapak Berduri.

Sementara kau, teman seperguruan Lentera Bumi tak mampu menuntaskan tugas, hingga kau harus merelakan semua itu kepadanya.

Sesungguhnya hal itu bukan kompetisi, melainkan darma perguruan dari anggota. Namun kau menganggap peristiwa itu sebagai pertandingan, dan apa yang kau alami adalah kekalahan, hingga kau merasa sangat kecewa.

Meski begitu kau tak banyak komentar atas capaian Lentera Bumi, bahkan ketika kau mengikuti prosesi penobatannya pun juga dalam diam.

Sementara, bagi Lentera Bumi, keberhasilan itu bukan untuk gagah-gagahan. Dia menganggap apa yang diterima semata berkah Sang Semesta. Prosesi penobatan telah dilakukan yang dihadiri seluruh anggota perguruan dan undangan perwakilan dari perguruan-perguruan lain.

Lentera Bumi sebenarnya hanya rakyat biasa dan ayah dari seorang anak laki-laki bernama Langit Jingga. Sedangkan istrinya telah lama meninggal, tepatnya pada saat melahirkan Langit Jingga.

Pada saat penobatan Lentera Bumi, Langit Jingga yang saat ini baru berusia sepuluh tahun ikut menyaksikan.

Dua hari setelah penobatan itu, Lentera Bumi pergi ke makam, menziarahi istrinya sembari bercerita apa yang terjadi. Hal itu memang biasa Lentera Bumi lakukan selama perjalanan mengasuh Langit Jingga.

Menurutnya, cara itu cukup membuatnya tenang. Ketika dia pulang dari makam, melintasi jalan lengang di perbukitan, kau mencegatnya.

“Seharusnya aku yang mendapatkan Kapak itu,” ucapmu mengagetkan Lentera Bumi.

Lihat juga...