Soeharto Bikin Gusar Sultan HB IX Gegara Tolak Serah Terima
Cendana News, JAKARTA – Keberhasilan SU 1 Maret 1949 membuat redup pamor Belanda di dunia internasional dan meja perundingan.
Bahkan Perjanjian Roem-Royen pada 7 Mei 1949 memutuskan pasukan Belanda harus segera meninggalkan Kota Yogyakarta. Sementara pasukan RI dan segenap aparat pemerintahannya kembali ke Kota Yogyakarta.
Namun, Letkol Soeharto menolak adanya acara serah terima Kota Yogyakarta dari tangan Belanda ke pangkuan RI.
Sebab, Letkol Soeharto menganggap Belanda tidak pernah berkuasa di Yogyakarta.
Meski para pejabat politik menunjukkan sikap akomodatif kepada Belanda, Letkol Soeharto tetap mempertahankan sikapnya.
Bahkan, dia membiarkan pasukannya untuk tetap siaga tempur.
Letkol Soeharto tidak menganggap eksistensi pasukan Belanda di Yogyakarta.
Dan, akan melakukan perjuangan hingga detik terakhir jika Belanda tidak segera pergi dari wilayah Yogyakarta.
Bahkan ketika dirinya memperoleh tekanan dari Sultan HB IX untuk melakukan serah terima tersebut.
Letkol Soeharto tetap menolak, namun dengan memberikan penjelasan.
Sikapnya itu pun membuat gusar Sultan HB IX, sebagaimana tercermin dari sepucuk suratnya kepada Letkol Soeharto.
Isi surat itu, ‘Overste Soeharto, kalau Overste tidak mendukung saya, mandate akan saya kembalikan”.
Namun, Letkol Soeharto tetap tidak bergeming, dan itu menandakan jika dia telah menyiapkan segala implikasi penolakannya itu.
Peristiwa itu ada dalam buku ‘Presiden Soeharto dan Visi Kenusantaraan’ karya Abdul Rohman.
Dan, sikap tegas Letkol Soeharto tersebut menjadi fakta sejarah ketiga dari siapa sesungguhnya aktor utama SU 1 Maret 1949.