INDEF : Indonesia Belum Bergerak Secara Masif Menuju Ekonomi Sirkulasi
JAKARTA, Cendana News – Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Berly Martawardaya mengatakan, di sektor energi, mengacu data pemerintah, porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) baru mencapai 11.5 persen pada 2021, sedangkan targetnya 23 persen pada 2025.
Dalam kategori EBT, masih banyak rencana membuat energi kotor seperti batu bara, untuk dihijaukan, ketimbang mendorong porsi energi surya dan bayu.
“Padahal animo masyarakat dan sektor swasta semakin besar untuk menggunakan dua sumber energi yang ketersediaannya tanpa batas ini,” ujar Berly dalam keterangan resminya, Jumat (22/4/2022).
Menurutnya, dengan melihat berbagai fakta yang ada, Indonesia masih belum bergerak secara masif menuju ekonomi sirkular.
Berly pun menyarankan menuju perhelatan G20 yang akan berlangsung tahun ini di Indonesia, pemerintah bisa menunjukkan keberpihakan pada aspek keberlanjutan dengan mengutamakan usaha-usaha mandiri, ketimbang menunggu kucuran bantuan internasional.
“Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat tinggi seperti surya, air, angin, bioenergi, panas bumi, hingga arus laut. Tapi perkembangan pemanfaatan EBT di Indonesia masih sangat minim jika dibandingkan negara-negara lain,” ujarnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, sebagian besar realisasi potensi EBT Indonesia tercatat masih di bawah 1 persen Indonesia bisa sangat mengurangi impor BBM yang membebani devisa dan melemahkan nilai tukar, kalau lebih banyak meningkatkan dan merealisasikan potensi EBT.
Ia menambahkan, bauran energi Indonesia masih didominasi oleh batubara yang mencapai 65,5 persen per Agustus 2021. Sementara, EBT baru sebanyak 13,57 persen atau lumayan jauh dari target 23 persen pada tahun 2025.