Kue Tart Terenak

CERPEN LINGGAR RIMBAWATI

Seharusnya, sudah saatnya giliran kami yang menggantungkan hidup padamu. Bukankah wajar jika orangtua menuntut balas budi dari anak-anak mereka? Tetapi, tidak. Bapak dan ibumu masih punya cukup harta untuk hari tua kami. Hanya satu permintaan dari kami; jangan menikah dengan laki-laki yang tidak seiman.”

Kata-kata tajam ayahnya itu rupanya membuat Hani tak sanggup menentang permintaan orangtuanya. Pada akhirnya posisinya sebagai anak yang telah berutang kalah dan dia meninggalkan Billy lalu menikahi laki-laki pilihan keluarganya, seorang sarjana ekonomi yang kebetulan seiman dengannya.

“Aku sedang menjalani kelas pra-nikah di gereja, Han. Dalam beberapa bulan kami akan meresmikan hubungan. Butuh waktu tujuh tahun untuk menemukan wanita yang tepat setelah hubungan kita kandas, Han. Dia seperti ibuku; pembuat kue dan kue tart buatannya sangat enak…”

Hani tak lagi mendengar Billy yang terus menceritakan calon istrinya. Hanya sekilas didengarnya bahwa perempuan itu lulusan sekolah tata boga di Singapura dan membuka toko roti di Jakarta. Telinganya sibuk mendengar jerit kekecewaan hatinya sendiri. ***

Mengenang Bapak, Februari 2021

Linggar Rimbawati, terlahir di Jambi namun selalu merasa Solo adalah rumahnya. Menulis cerpen, esai dan puisi. Tulisannya dapat dibaca di Mojok.co, Tribun Jabar. Kompas,id, Difalitera, Magdalene, Magrib.id, Ceritanet, dan lain-lain. Selain menulis, dia juga aktif mengajar di pusat bahasa sebuah kampus di Jambi. Dapat disapa di IG @rimbacilious, FB Linggar Rimbawati dan email linggarwati48@gmail.com.

Redaksi menerima cerpen. Tema bebas tidak SARA. Cerpen yang dikirim orisinal, hanya dikirim ke Cendana News, belum pernah tayang di media lain baik cetak, online atau buku. Kirim karya ke editorcendana@gmail.com. Karya yang akan ditayangkan dikonfirmasi terlebih dahulu. Jika lebih dari sebulan sejak pengiriman tak ada kabar, dipersilakan dikirim ke media lain.

Lihat juga...