Pertempuran Dahsyat Soeharto, dari Zaman Belanda Hingga PKI 1965

Editor: Koko Triarko

Operasi Pembebasan Irian Barat (Trikora)

Pada 19 Desember 1961, Soekarno mencanangkan operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Irian Barat dari cengkeraman Belanda.

Untuk mewujudkan misi menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia, Presiden Soekarno membentuk Komando Mandala dan menunjuk Mayor Jendral Soeharto sebagai panglima.

Operasi Pembebasan Irian Barat atau Trikora ini merupakan sebuah operasi militer bersejarah terbesar yang pernah dilakukan TNI. Dengan melibatkan berbagai unsur militer, baik angkatan laut, darat maupun udara.

Indonesia yang saat itu didukung persenjataan militer Uni Soviet, mengerahkan sejumlah peralatan tempur tercanggih dalam operasi ini.

Mulai dari kapal penjelajah KRI Irian 201, kapal fregat, korvet, kapal selam, kapal cepat terpedo, kapal berpeluru kendali, hingga kapal penyapu ranjau.

Sementara angkatan udara mengerahkan sejumlah pesawat tempur mutakhir seperti MiG-19 dan MiG-17. Pesawat supersonik MiG-21, hingga pesawat pengebom Tupolev (Tu)-16 yang amat ditakuti karena kecanggihannya di masa itu.

TNI saat itu juga memiliki sejumlah terpedo dan rudal elit, seperti rudal anti kapal Termit P-15, torpedo maut paling canggih saat itu SAET-50, hingga rudal penjagal kapal Air to Ground, Raduga KS-1 Komet yang bisa menghancurkan kapal induk seketika.

Sebagai Komando Mandala, Mayjen Soeharto langsung bertanggungjawab pada Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat, Presiden Soekarno.

Tugas Soeharto adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi Trikora.

Selain menjalankan misi infiltrasi (penyusupan) dengan
memasukkan puluhan kompi pasukan ke sasaran-sasaran tertentu, baik lewat laut maupun udara, sejumlah alutsista TNI juga selalu disiagakan di sekitar wilayah Irian Barat.

Pertempuran Laut Aru pecah pada tanggal 14 Januari 1962, hingga membuat salah satu kapal milik Indonesia KRI Macan Tutul, hancur. Dalam peristiwa ini Komodor Yos Sudarso, gugur.

Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Mayjen Soeharto kemudian mempersiapkan Operasi Jaya Wijaya. Merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia.

Hal itu karena melibatkan lebih dari 100 kapal perang dan 16.000 prajurit.

Namun, operasi ini urung dilakukan menyusul tercapainya persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus 1962. Persetujuan ini mendorong terjadinya perundingan antara Indonesia dan Belanda di Markas Besar PBB New York.

Lihat juga...