Pertempuran Dahsyat Soeharto, dari Zaman Belanda Hingga PKI 1965
Editor: Koko Triarko
Operasi Penumpasan Pemberontakan G-30S PKI
Peristiwa G30S/PKI pada 30 September 1965, mencatatkan sejarah kelam bagi perjalanan bangsa Indonesia.
Enam jendral dan satu perwira diculik dan dibunuh secara keji hingga menimbulkan kekosongan pimpinan di Angkatan Darat.
Mayjen Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad, kemudian mengisi kekosongan pimpinan Angkatan Darat tersebut.
Dan, langsung melakukan tindakan operasi militer penumpasan gerakan pemberontakan G30S/PKI.
Operasi militer penumpasan G30S/PKI yang dipimpin Soeharto ini diperkuat dengan keluarnya perintah langsung dari Presiden Soekarno.
Perintah itu menjunjuk Mayjen Soeharto sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat pada 16 Oktober 1965.
Sebelumnya pada 2 Oktober 1965 dini hari, Jenderal Soeharto memerintahkan kesatuan-kesatuan RPKAD dibantu Batalyon 328 Kujang/Siliwangi, dengan satu kompi tank dan satu kompi Panser Kavaleri untuk membebaskan Pangkalan Halim Perdanakusuma.
Pangkalan Halim Perdanakusuma saat itu disinyalir sebagai sebagai basis PKI.
Setelah bergerak, pasukan tersebut langsung bisa menguasai Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma pada pagi hari.
Sebelum penyerangan dilakukan, Presiden Soekarno sendiri telah meninggalkan Pangkalan Halim menuju Istana Bogor.
Tak hanya itu, pasukan RPKAD juga telah berhasil menetralisir kawasan pusat ibu kota di Merdeka Barat. Dan, mengambil-alih Gedung RRI dan pusat Telekomunikasi yang sebelumnya dikuasai pemberontak.
Gerakan penumpasan selanjutnya mengarah ke desa Lubang Buaya, yang merupakan tempat pembunuhan 7 perwira tinggi Angkatan Darat.
Tembak-menembak terjadi di Lubang Buaya antara RPKAD dengan satuan-satuan Yon 454. Sehingga, jatuh seorang gugur dan dua orang luka-luka.