Presiden Soeharto Canangkan 29 Juni Sebagai Hari Keluarga Nasional

Presiden Soeharto mencanangkan 29 Juni sebagai Hari Keluarga Nasional untuk mengingat peristiwa sejarah hari itu di tahun 1949. Para pejuang pada 24-29 Juni 1949 mengosongkan Yogyakarta dari penjajahan Belanda dan sekaligus memberikan kesempatan kepada para pejuang itu untuk bertemu dengan keluarga.

Hal ini diungkap Menneg Kependudukan/Kepala BKKBN Haryono Suyono yang bersama Menteri Koperasi Subiakto Tjakrawerdaya, Menteri Pertanian Sjarifudin Baharsjah, dan Gubernur Lampung Poedjono Pranjoto menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha hari Selasa (22/6/1992) untuk melaporkan persiapan peringatan Pertasi Kencana (Pertanian, Koperasi, KB) di Lampung tanggal 29 Juni.

Pada 29 Juni 1949 Letkol Soeharto melaporkan kepada Hamengkubuwono IX bahwa prajurit kita siap kembali ke Yogyakarta untuk melanjutkan perjuangan. “Jadi ini merupakan hari keluarga yang selanjutnya dijadikan Hari Keluarga Nasional,” tutur Haryono.

Peristiwa di Yogyakarta itu, menurut dia, merupakan satu momentum yang sangat penting. Karena itulah, Presiden akan menandatangani prasasti menandai dimulainya Hari Keluarga Nasional bersama-sama kelompok tani, koperasi, dan peserta KB. “Ini akan merupakan momentum sangat penting dalam pembangunan keluarga sejahtera di Indonesia, “demikian Haryono.

Gubernur Lampung Poedjono Pranjoto mengatakan, pihaknya telah berusaha menyiapkan acara itu. Lokasinya, di tempat yang pernah dipakai MTQ tahun 1988.

“Jadi di tengah kota agar transportasi dan akomodasi tidak sulit,” katanya.

Rembuk Tani
Menurut Haryono, Presiden dan Ny. Tien Soeharto bersedia menghadiri peringatan Pertasi Kencana. Kecuali dihadiri kelompok petani, kelompok koperasi dan kelompok peserta KB, acara ini juga akan dihadiri utusan negara-negara sahabat dalam rangka kerja sama Selatan-Selatan.

Lihat juga...