Presiden Soeharto: Penyediaan Bidan Kalau Perlu Diinpreskan
JAKARTA, Cendana News – Keberhasilan program pelayanan kesehatan di Indonesia, bukan saja menarik perhatian para pakar kesehatan, tetapi juga para pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO-World Health Organization). Karena itu, tidak heran kalau Indonesia dijadikan objek studi perbandingan oleh para pakar kesehatan dari negara lain.
Dunia mengakui terobosan pemerataan di bidang kesehatan yang dilakukan Presiden Soeharto atas kepeduliannya melihat kondisi dan situasi kependudukan dan kesehatan rakyat Indonesia di masa itu.
Sekitar tahun 1972, melalui Inpres (Instruksi Presiden) dicetuskan penyebaran puskesmas di seluruh Indonesia. Puskesmas dinilai sebagai tempat pelayanan kesehatan terdepan bagi masyarakat.
Dari Puskesmas dikembangkan lagi Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Puskesmas Terapung sampai dokter “terbang”. Tercatat jumlah Puskesmas pada tahun 1991 sudah mencapai 5.631 buah, Puskesmas Pembantu 14.850, Puskesmas Keliling roda empat 3.867 buah dan perahu motor untuk dokter “terapung” 546 buah.
Muncul pertanyaan, mengapa badan dunia tersebut memberikan tanda penghargaan kepada Presiden Soeharto? Tentu kriteria penilaiannya tidak terlepas dari perjalanan kepemimpinannya, khususnya di bidang pembangunan dan pengembangan kesehatan. Untuk bidang kesehatan, salah satunya dalam penyediaan bidan di seluruh daerah di Indonesia.
24 Juni, hari ini, diperingati sebagai Hari Bidan Nasional, dimana pada tahun 1951 Ikatan Bidan Indonesia berdiri. Profesi yang kerap berhubungan dengan wanita, ibu hamil, dan bayi ini menjadi salah satu perhatian Presiden Soeharto dalam pemerintahannya, seperti kilas balik dari tahun 1991 yang dimuat di SoehartoLibrary ini.