Presiden Soeharto: Penyediaan Bidan Kalau Perlu Diinpreskan
Presiden Soeharto mengatakan penyediaan bidan di seluruh desa kalau perlu dipercepat melalui program lnpres, karena tantangan yang dihadapi dalam bidang keluarga berencana sangat berat terutama akibat bertambahnya jumlah pasangan baru.
Masalah ini dijelaskan Kepala BKKBN Haryono Suyono kepada pers setelah melapor kepada Kepala Negara di Bina Graha, Rabu (27/03/1991) tentang hasil rapat kerja nasional gerakan Keluarga Berencana di Jakarta baru-baru ini Haryono mengatakan selama dasawarsa 1980-an terdapat tambahan 9,3 juta keluarga baru. Jika satu keluarga memiliki satu anak maka selama dasawarsa 90-an ini akan terdapat sekitar sembilan hingga sepuluh juta anak baru.
Ia menambahkan jika selama dasawarsa 90 terdapat sepuluh juta pasangan baru maka diperkirakan lahir lagi sepuluh juta anak sehingga dasawarsa 80-an dan 90-an akan menghasilkan tambahan anak sekitar 20 juta orang.
Bila setiap keluarga baru ini rata-rata memiliki 1,5 anak maka jumlah penduduk yang lahir adalah 30 juta orang, kata Haryono.
“Presiden mengatakan pelaksanaan program KB selama dasawarsa 90-an lebih berat dibanding tahun 80-an, karena harus membina tambahan 19 juta pasangan baru dan mengusahakan agar mereka mempunyai anak satu atau dua orang saja,” kata Haryono mengutip ucapan Presiden.
Untuk mengatasi tantangan yang berat itu, Kepala Negara meminta Haryono membicarakan kemungkinan penyediaan tenaga bidan di semua desa melalui program lnpres. Haryono akan segera membicarakan masalah ini dengan Menkes Adhyatma.
Kepala BKKBN mengatakan sampai sekarang baru disebarkan 15.000 bidan dibanding 67.000 desa di tanah air. Dengan tambahan baru tersebut, maka diharapkan setiap desa memiliki satu bidan yang bertugas menyukseskan program KB.