Takdir

CERPEN IVANY RATNA

Mereka terbaring di jalan raya. Sebagian besar tubuhnya hancur. Tanpa muka. Isi kepalanya telah kosong. Berhamburan seperti ledakan.

Sundari telah mendapat Kartu Keluarga yang baru. Pak RT yang mengantarkan ke rumahnya. Sudah sebulan dia menunggu. Petugas kecamatan beralasan datanya harus dilaporkan terlebih dahulu ke kabupaten. Inilah yang membutuhkan waktu lama.

Sundari membaca dengan teliti. Jenis pekerjaannya telah berubah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dia memang baru diangkat menjadi PNS. Rupanya, data Kartu Keluarga tersebut masih ada kesalahan penulisan pendidikan atas namanya.

Sifat perfeksionis dalam dirinya seolah dibangkitkan. Bila ada hal yang mengganggu, dirinya tak akan tenang. Helaan nafas panjang dihembuskan. Sudah bisa dipastikan, dia harus mendatangi kantor kecamatan lagi. Menunggu sebulan kemudian untuk mendapatkan Kartu Keluarga yang baru.

“Tolong datanglah ke kantor kecamatan. Aku menjumpai kesalahan data di Kartu Keluarga. Luangkan waktu sebentar saja. Izinlah pada atasanmu. Lagi pula kau bekerja dari rumah.”

“Bisakah tidak hari ini? Besok-besok masih bisa diurus.”

“Mengapa kau kerap kali menunda-nunda?! Aku harus segera menyerahkan Kartu Keluarga yang baru ke kantor.”

“Esok saja, aku akan mengurusnya.”

Bagi Lingga, ini bukanlah masalah besar. Sementara di sisi lain, ini bukan hanya sekadar masalah kesalahan penulisan pendidikan di Kartu Keluarga yang memancing amarah Sundari. Dirinya acapkali menelan kekecewaan pada suaminya. Inilah puncak kemarahannya.

Berkali-kali dirinya mendapati Lingga sering menunda-nunda dalam beberapa hal. Ini hanya salah satu di antaranya. Kartu Keluarga kemarin saja dia yang mengurus. Sundari adalah wanita yang cekatan sedangkan Lingga adalah lelaki yang lamban.

Lihat juga...