Uang

CERPEN JELSYAH DAULENG

“Aku lagi butuh, Din,” temannya yang lain memelas.

Udin mengangguk, “ini, ambil saja.”

“Terima kasih, Din,” ucap temannya itu penuh haru, “Akan kulunasi bulan depan,” ia memasang janji.

“Tidak usah,” Udin menggerakkan tangan, menunjukkan penolakan, “ambil saja, tidak perlu dibayar.”
Maka kalimat Udin mulai menyebar dan pada akhirnya, ia tidak memiliki sepeser pun, bahkan tidak ada yang disimpannya lagi untuk beli rokok.

Jadi seminggu berlalu, hari ini, Udin yang masih di rumah kakaknya, mendekat, “Utang dulu yah, kak?” ia meminta izin, bergerak ke lemari rokok.

“Loh,” kakaknya nampak bingung, melihat tampilan Udin dengan keranjang bekas ember cat dan juga jala di selempangnya.

“Kupikir kau punya banyak uang sekarang, ke mana aja tuh?” ia bernada setengah menyindir.

Udin cengengesan, “Dari awal memang bukan punyaku, Kak,” ucapnya dan berlalu ke sungai, mencari uang lagi, sambil merangkaikan angka-angka di kepalanya. ***

Jelsyah Dauleng, penulis yang tinggal di Minangasadae, Siwa, Sulawesi Selatan

Redaksi menerima cerpen. Tema bebas tidak SARA. Cerpen yang dikirim orisinal, hanya dikirim ke Cendana News, belum pernah tayang di media lain baik cetak, online atau buku. Kirim karya ke editorcendana@gmail.com. Karya yang akan ditayangkan dikonfirmasi terlebih dahulu. Jika lebih dari sebulan sejak pengiriman tak ada kabar, dipersilakan dikirim ke media lain.

Lihat juga...