Kenaikan Harga Pupuk Makin Bikin Susah Petani di Bantul
Editor: Koko Triarko
YOGYAKARTA, Cendana News – Kenaikan harga harga pupuk non subsidi, makin menyulitkan petani di berbagai daerah, termasuk di Bantul.
Berbagai jenis pupuk kimia pabrikan non subsidi harganya naik signifikan hingga 50 persen dari sebelumnya.
Kenaikan harga pupuk non subsidi meliputi pupuk vegetatif atau pertumbuhan, maupun pupuk jenis generatif atau pembuahan.
Bejo, petani di desa Caturharjo, Pandak, Bantul mengaku biasa menggunakan pupuk jenis Urea dan NPK merek Kujang untuk tanaman jagungnya.
Tapi, harga pupuk non subsidi tersebut kini naik dari semula Rp500.000 menjadi Rp600.000 per Sak. Sehingga, otomatis membuat biaya operasionalnya membengkak.
“Kalau pupuk subsidi memang tidak naik. Tapi kan jatah petani terbatas. Sehingga mau tidak mau harus beli pupuk non subsidi,” kata Bejo.
Bejo mengaku rutin membeli 3 Sak pupuk non subsidi setiap musim tanam. Karena harga naik, pengeluarannya pun jadi meningkat.
Hal serupa juga dialami oleh Taufik, petani di desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul.
Ia mengaku selama ini rutin menggunakan pupuk MKP merek Pak Tani untuk tanaman anggur miliknya.
“Harganya sudah bukan naik lagi. Tapi, ganti harga. Dari semula Rp40.000 jadi Rp60.000 per Sak,” keluhnya.
Menyikapi kenaikan harga pupuk tersebut, Taufik terpaksa mengganti pupuk MKP dengan pupuk sejenis lainnya yang harganya lebih terjangkau.
Meski begitu, ia mengaku khawatir hasil panen anggur miliknya tak bisa maksimal.
Sebab, pupuk KMK selama ini dikenal sebagai pupuk paling bagus untuk pembuahan anggur.
“Berdasarkan pengalaman, memang MKP yang paling bagus untuk pembuahan anggur. Kalau yang lain kurang bagus. Tapi, karena harganya naik, kita terpaksa pakai pupuk alternatif seperti ZA, Ponska dan SP36,” ungkapnya.