Bahkan beberapa kali lelaki itu menyerobot peti yang tengah dibopongnya. Ia tak memiliki kekuatan untuk melawan. Ia biarkan saja lelaki itu membopong peti hingga memasuki pemakaman. Sesampai di pemakaman lelaki itu mengenakan kacamata hitamnya.
Ia menangis. Siapa lelaki itu?
Tiga hari berlalu. Bayangan lelaki itu hilang begitu saja. Dalam hatinya hanya diselimuti duka dan kehilangan yang teramat dalam. Bagaimanapun ia mencintai Rena.
Ia menganggap Rena adalah gadis terbaik yang pernah ditemuinya. Risang tak lagi memikirkan keganjilan lelaki itu hingga jawaban atas pertanyaaan itu datang padanya.
Dompet, tas, serta surat-surat dan telepon genggam yang dibawa Rena ketika kecelakaan diserahkan oleh pihak kantor polisi padanya saat ia masih di rumah sakit.
Ia menyerahkan surat-surat motor, tas, dan dompet kepada keluarga Rena. Ia hanya membawa telepon genggam Rena pulang. Beberapa waktu yang lalu ia memberi hadiah Rena sebuah telepon genggam baru. Ia menghadiahkan telepon genggam itu karena Rena mengatakan telepon genggamnya rusak.
Telepon genggam itu masih utuh. Risang masih menyimpan kartu garansinya. Ia akan mengecek, sekiranya telepon genggam itu rusak, maka ia bisa menggunakan kartu garansi untuk memperbaiki.
Ia membuka telepon genggam dan tak ada satu pun bagian yang rusak. Hanya sedikit lecet di permukaannya. Ia membuka pesan dan jejaring sosial Rena yang terhubung secara otomatis.
Teman-temannya mengucapkan belasungkawa di laman jejaring Rena, namun ia justru tertarik dengan pesan yang masuk. Ia ingin mengetahui siapa saja yang menghubungi Rena secara pribadi.
Kotak pesan terakhir adalah obrolan dengan lelaki itu, lelaki yang dilihatnya di upacara pemakaman. Ia mengerutkan dahi. Dibukanya dinding laman jejaring lelaki itu.