20-10-1994, Presiden Soeharto ajak semua pihak ikut berantas Buta Huruf
JAKARTA, Cendana News – Kepedulian Presiden kedua Repulik Indonesia memang sangat besar kepada pendidikan dasar di Indonesia. Warisan Pak Harto di sektor pendidikan menjadi catatan emas dalam perjalanan bangsa. Perjalanan itu dimulai dari program wajib belajar. Program wajib belajar yang dimulai Pak Harto pada akhir Pelita III telah meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Indonesia saat itu.
Untuk mewujudkan program tersebut, Presiden Soeharto mengajak berbagai pihak untuk terlibat. Seperti yang tergambar dalam tulisan yang dimuat MEDIA INDONESIA (21/10/1994) dengan judul PRESIDEN AJAK SEMUA PIHAK IKUT BERANTAS BUTA HURUF.
Presiden Soeharto mengajak tokoh masyarakat, pejabat dari pusat dan daerah, para ulama dan tokoh agama lainnya, pengusaha, pemimpin Ormas, kaum cendekiawan dan kaum ibu serta wanita untuk turut menyukseskan Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Huruf dan Pelaksanaan Wajib Belajar 9 tahun.
“Karena hanya dengan cara itu kita dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Hanya dengan jalan itu dapat mengejar ketinggalan dari bangsa lain yang telah lebih maju. Hanya dengan jalan itu bisa melanjutkan pembangunan,” kata Kepala Negara.
Presiden mengemukakan dalam memberantas buta huruf dan menyukseskan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun besar sekali peranan PKK yang tersebar hingga ke semua pelosok ke pedesaan.
”Sebab, sekitar 60 persen dari mereka yang buta huruf adalah wanita,” ujarnya pada peringatan Hari Aksara Internasional ke-29 di Istana Negara, Kamis (20/10/1994).
Menurut Presiden, pentingnya peranan para ibu dan kaum wanita umumnya dalam tugas nasional yang besar ini harus benar-benar disadari. Seringkali, kata Kepala Negara, faktor ekonomi dan budaya turut mempengaruhi banyak orang tua yang tidak memberi kesempatan kepada anak-anaknya meneruskan pendidikan.