23-10-1986, Presiden Soeharto resmikan pabrik Methanol Pulau Bunyu Kaltim
KAMIS, 23 OKTOBER 1986 di Pulau Bunyu, Kalimantan Timur, Presiden Soeharto meresmikan pabrik methanol Bunyu.
Pabrik methanol pertama yang dimiliki Indonesia ini memproses bahan baku gas alam, yang selama ini terbuang, menjadi bahan baku kimia yang dibutuhkan oleh industri kimia, farmasi, plastik, dan lain sebagainya.
Ikut menyaksikan peresmian pabrik methanol ini antara lain Menko Ekuin, Ali Wardhana, Menteri Sekretaris/Negara Sudharmono, Menteri Pertambangan dan Energi a.i., JB Sumarlin, dan Panglima ABRI, Jenderal LB Murdani.
Presiden Soeharto menilai pabrik ini mempunyai beberapa arti penting bagi pembangunan nasional.
Pertama, dengan berproduksinya pabrik ini, maka bertambahlah bahan baku industri kimia yang kita hasilkan sendiri. Hal ini juga berarti bahwa ketergantungan industri kimia kita dari impor methanol telah dapat diatasi, yang sekaligus berarti penghematan devisa.
“Pendek kata, dengan adanya pabrik ini, kita telah mengubah Indonesia dari pengimpor metanol menjadi pengeskspor bahan baku industri kimia yang penting ini,” sebut Presiden Soeharto.
Kedua, bahan yang diolah oleh pabrik ini bukan saja gas alam yang dihasilkan dari sumur-sumur gas Pulau Bunyu, melainkan juga gas alam ikutan yang berasal dari sumber-sumber minyak bumi lainnya.
“Keberhasilan kita mengolah gas alam yang selama ini terbuang percuma menjadi salah satu bahan baku yang penting bagi industri kimiawi, juga merupakan prestasi tersendiri. Sebab, selama ini gas alam ikutan tadi terpaksa kita buang percuma begitu saja. Padahal gas alam ikutan itu jika kita olah dapat menjadi produk yang penting,” terang Presiden Soeharto.