27 Oktober 1983, Presiden Soeharto bicara blak-blakan dengan petani Madiun
Kamis, 27 Oktober 1983, Presiden mengadakan temu wicara dengan para petani yang tergabung dalam Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) dan tiga Kabupaten, Madiun, Kediri dan Mojokerto. Tepatnya di desa Pilangkenceng, 7 km dari Caruban atau 29 km dari kota Madiun, Jawa Timur.
Presiden Soeharto mengatakan, sebagai bangsa yang ber Pancasila dan beriman wajib mensyukuri nikmat Tuhan yang telah memberikan kecukupan air dengan keberhasilan sumur-sumur pompa air tanah untuk petani, untuk usaha pertanian kita dalam mencukupi pangan secara nasional.
Menurut Presiden, dengan air kita dapat meningkatkan produksi pertanian nasional dan ia juga menekankan pentingnya pelaksanaan panca usaha.
Kalau salah satu saja “gotang”, maka sistem panca usaha tani itu tidak akan berhasil. Misalnya kalau tidak cukup air atau pupuk atau bibit, maka usaha pertanian akan mengalami hambatan.
Untuk meningkatkan produksi pertanian dan tanaman pangan menurut Presiden Soeharto, dengan usaha panca tani itulah ditingkatkan intensifikasi. Dengan intensifikasi itu bisa meningkatkan produksi 5-12 ton padi gabah kering panen per hektar.
Sekarang ini dari 7 juta hektar yang dilakukan intensifikasi, sisanya yang belum sekitar 2 juta hektar. Sedangkan yang Insus sekitar 1,5 juta hektar yang berarti tinggal 3,5 juta hektar lagi dari 5 juta hektar yang dimasukkan dalam program Insus nasional.
“Apalagi seluruh areal persawahan bisa dilakukan intensifikasi dan insus, berarti kita sudah berswasembada pangan dan kita tidak perlu lagi impor beras dari luar negeri,” ucap Kepala Negara pula.
Baru-baru ini Kepala BULOG Bustanil Arifin mengatakan dalam tahun depan masih diperlukan impor beras sekitar satu juta ton lagi sebagai penyangga stock nasional untuk menghadapi segala kemungkinan.