27 Oktober 1983, Presiden Soeharto bicara blak-blakan dengan petani Madiun
Presiden Soeharto menyatakan, sumur-sumur pompa yang disaksikannya di desa Pilangkenceng itu sudah baik dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani dan Kepala Negara memesankan agar apa yang telah diperoleh itu supaya dipelihara dengan baik dan perlu ditingkatkan.
Berebut Air Sawah
Dalam acara temu-wicara blak-blakan dan bernada kocak itu, seorang petani dengan lugu melaporkan kepada Presiden bahwa dulu sebelum adanya sumur-sumur pompa maka petani berebut air sehingga sering timbul salah paham bahkan perselisihan dan permusuhan sesama petani pemakai air untuk sawah mereka.
Namun sekarang dengan adanya sumur- sumur pompa itu, pertengkaran untuk memperebutkan air tanah tidak terjadi lagi. Produksi pertanian dilaporkan sampai 9,5 ton per hektar dan kedele sekitar 8 ton per hektar.
Wakil dari petani-petani Kediri kepada Presiden Soeharto menyampaikan terimakasih atas usaha Pemerintah dengan proyek pengembangan air tanah (P2AT) yang telah membebaskan puluhan ribu petani di daerah itu dari kelangkaan dan kesulitan air untuk pertanian mereka.
Hal terima kasih yang sama juga disampaikan dari wakil petani-petani dari Kabupaten Mojokerto.
Menjawab pertanyaan Presiden, para petani mengakui terus terang bahwa yang ikut Insus rata-rata petani yang memiliki sawah sekitar 0,5 hektar.
Dalam upacara di desa Pilangkenceng itu, Presiden Soeharto menyaksikan penyerahan dokumen pengelolaan 122 buah sumur pampa air tanah dari Menteri Pekerjaan Umum Ir. Suyono Sosrodarsono kepada Gubernur Jatim Wahono yang selanjutnya menyampaikan kepada Sukadi seorang wakil dari HIPPA Kabupaten Madiun, Kediri dan Mojokerto.