3 Oktober 1965 [I], Loyalitas jenderal-jenderal Angkatan Darat kepada Mayor Jenderal Soeharto

OLEH NOOR JOHAN NUH * penulis buku dan bergiat di forum Yayasan Kajian Citra Bangsa (YKCB) Jakarta

Sepulang dari Bogor, markas Kostrad kembali ke Jalan Merdeka Timur. Jadi kepindahan markas Kostrad ke kedua tempat itu tidak sampai 48 jam. Pagi itu, 3 Oktober 1965, kembali dibahas hasil pertemuan Mayor Jenderal Soeharto dengan Presiden Soekarno di Bogor.

Secara resmi masyarakat sudah mengetahui pengumuman dari Presiden Soekarno tentang Mayor Jenderal Soeharto mendapat tugas untuk memulihkan keamanan dan ketertiban pasca kudeta berdarah G30S /PKI yang disiarkan melalui RRI. Dan kemudian Mayor Jenderal Soeharto  melalui RRI mengulangi  tentang penugasannya tersebut.

Jenderal AH Nasution sangat mengkhawatirkan jika Presiden Soekarno tidak memberi jabatan kepada Mayor Jenderal Soeharto. Karena itu ia sangat puas dengan  hasil pertemuan Mayor Jenderal Soeharto dengan Presiden Soekarno di Bogor kemarin. Meskipun tidak  sebagai pimpinan Angkatan Darat, namun penugasan Mayor Jenderal Soeharto untuk memulihkan keamanan dan ketertiban adalah memberinya wewenang komando ke pasukan.

Dalam kondisi keamanan dan ketertiban yang carut-marut akibat kudeta G30S/PKI, maka tugas Mayor Jenderal Soeharto lebih dominan dibandingkan dengan pelaksana harian pimpinan Angkatan Darat, Mayor Jenderal Pranoto.

“Dengan penugasan itu maka Mayor Jenderal Soeharto memegang grip pada slagorde Angkatan Darat,” kata Nasution di otobiografinya. Ditambah lagi para jenderal Angkatan Darat sudah sejak dari terjadinya kudeta G30S terus menerus berkumpul di Kostrad sebagai manifestasi loyalitas mendukung Mayor Jenderal Soeharto, dibandingkan dengan yang datang ke Mabes Angkatan Darat yang diduduki Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudro. Kondisi ini sangat membantu Mayor Jenderal Soeharto dalam menjalankan tugasnya.

Lihat juga...